Jayapura, Jubi – Hingga Rabu (27/2/19), para pedagang sagu di Pasar Hamadi, Jayapura, masih mengeluh mahalnya harga kulakan sagu dagangan mereka. Harga kulakan sagu itu bahkan tidak turun kendati pasokan sagu melimpah. Kenaikan harga kulakan sagu membuat membuat pendapatan bersih para pedagang sagu di Pasar Hamadi turun drastis.
Penjual sagu enceran di Pasar Hamadi, Lina Waroy mengatakan harga kulakan sagu dari Genyem, Kabupaten Jayapura, telah naik sejak awal tahun. Pedagang sagu lainnya, Maria Maniani menyebutkan harga kulakan sagu dari Genyem naik dari kisaran Rp150 ribu per karung menjadi Rp250 ribu per karung.
Pedagang sagu di Pasar Hamadi biasa menjual sagu itu dalam satuan volume yang lebih kecil. Waroy misalnya, menjual sagu secara eceran dengan kisaran harga bervariasi antara Rp10 ribu hingga Rp50 ribu, dan bisa mendapatkan keuntungan kotor Rp400 ribu per karung. Sejak awal tahun keuntungan bersih Waroy turun 40% karena kenaikan harga kulakan sagu itu.
Bukan cuma kehilangan keuntungan karena harga kulakan naik, para pedagang sagu di Pasar Hamadi juga mengeluhkan sepinya pembeli. Sagu dagangan Waroy misalnya, dalam sehari hanya terjual Rp50 ribu – Rp100 ribu. “Kalau sagu rame satu hari bisa laku satu karung. Kalau sepi satu karung habisnya bisa tiga sampai empat hari. Duduk saja di pasar dari pada di rumah tidak dapat uang,” ujar Waroy di Pasar Hamadi, Rabu.
Maniani mengatakan kenaikan harga kulakan dan sepinya pembeli itu membuat berdagang sagu semakin tidak menguntungkan. “Untung tipis sekali. Sudah mahal, pembeli sepi, modal saja yang kembali. Kalau sepi satu hari saya bisa laku Rp100 ribu, kalau ramai saya bisa laku Rp150 ribu,” ujar Maniani, Rabu.
Maniani mengaku, sagu menjadi sumber mata pencaharian yang sudah ditekuninya selama 20 tahun dan menopang kebutuhan biaya sekolah anak ataupun biaya hidup hidup sehari-hari. “Mau kerja apa lagi selain jualan sagu. Setiap hari yang laku harus di syukuri karena itu berkat yang Tuhan berikan,” ungkapnya.