Papua No.1 News Portal | Jubi
Sorong, Jubi – Akademisi merekomendasikan penangkaran sebagai solusi atas pemanfaatan ketam kenari (Birgus latro) di Kepulauan Fam, Raja Ampat. Ketam kenari termasuk satwa langka dan dilindungi di Indonesia.
“Conservation Indonesia (CI) menyurvei, ada 400 ekor populasi ketam kenari setiap hektare di Kepulauan Fam. Berdasarkan keterangan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Papua Barat, jumlah tersebut telah membeludak sehingga bisa ditangkarkan,” kata Peneliti Ketam Kenari Winda Mercedes Mingkid, saat Pelatihan Valuasi Ekonomi Ketam Kenari, Rabu (6/11/2019).
Winda menyebut penangkaran ketam kenari dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi warga setempat. Pemanfaatan satwa tersebut juga bisa dikontrol sehingga populasi mereka tetap lestari.
“Penangkaran bisa dilakukan dengan membiarkan ketam hidup di pulau tidak berpenghuni yang terdapat banyak makanan sehingga dapat berkembang biak secara alami. Namun, tetap diawasi (kondisi dan perkembangan mereka),” kata Guru Besar Perikanan Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, tersebut.
Ketam kenari membutuhkan tujuh hingga delapan tahun untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Setelah dewasa, ketam bisa dipanen sebagai sumber pendapatan masyarakat.
“Penangkaran ketam kenari juga dapat dijadikan sebagai atraksi wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Berdasarkan hasil penelitian, ketam kenari bisa bertahan hidup selama 40-60 tahun,” jelas Winda.
Kepala BBKSDA Papua Barat R. Basar Manullang mengatakan mereka telah membentuk kelompok tani pengelola hutan di tiga kampung di Kepulauan Fam. Kelompok tersebut akan diarahkan memanfaatkan ketam kenari secara berkelanjutan atau lestari.
“Masyarakat telah memanfaatkan ketam kenari sebagai sumber ekonomi (mata pencarian). Pemerintah harus memberi solusi tepat sehingga mendukung pemanfaatan ketam kenari untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Kepulauan Fam,” kata Basar, saat membuka pelatihan. (*)
Editor: Aries Munandar