Sorong, Jubi – Bencana alam, banjir bandang yang melanda Kota Sentani, Kabupaten Jayapura turut menarik simpati dan empati masyarakat Papua dan Papua Barat.
Di Kota Sorong misalnya, upaya penggalangan dana dilakukan setiap hari dengan mengulurkan kotak kemanusiaan sejak Selasa pekan lalu.
Aksi diisi dengan menampilkan tarian ada, menggambarkan bahwa adat tidak terlepas dari hutan sehingga manusia tinggal menikmati.
Tarian yang dibawakan dalam aksi mencerita tentang seorang anak manusia yang selalu mengucap syukur kepada alam karena alam telah memberikan berkat, manfaat dan kesuburan tanahnya. Dengan tidak memandang status, pangkat dan kedudukan, suku, agama dan golongan tetapi sama diberikan kepada manusia yang mendiami bumi ini.
Koordinator aksi, Ambrosius Klagilit mengatakan pengumpulan donasi dilakukan oleh gerakan solidaritas seperti, komunitas Sagu Bakar, Papua Forest Watc, himpunan mahasiswa dan beberapa perkumpulan lainnya.
“Aksi di mulai dua hari di taman terbuka Kota Sorong, dilanjutkan dengan hari berikutnya long march keliling kota, lalu malam harinya aksi dengan musik Ramayana dan saat ini di Mall Jupiter km.10 dan pusat – pusat pembelanjaan,” ujar Klagilit kepada jubi di Sorong, Minggu malam, (24/03/2019).
Dikatakan Ambrosius, total sumbangan berupa uang yang terkumpul hingga saat ini sebesar Rp20 juta lebih. Selain itu bantuan pakaian layak pakai sebanyak tuju koli yang sudah dikemas.
Sumbangan berupa pakaian layak pakai, akan dikoordinasikan dengan BPBD setempat untuk dilanjutkan ke Sentani.
“Sementara dalam dua atau tiga hari ke depan usai aksi, uangnya kami akan kirim melalui rekening donasi banjir Bandang Sentani,” tuturnya.
Menurut Klagilit, empati masyarakat Sorong dalam bencana banjir di Kota Sentani, terbilang tinggi untuk membantu sesama.
“Terbukti ada uang dan pakaian yang mereka berikan,”
Ambrosius Klagilit bilang, simpati dan dukungan ke musibah Sentani dikarenakan dari Sorong hingga Jayapura masih satu pulau.
“Dan penting untuk dibantu, kita tidak tahu kapan musibah itu datang. Mungkin saja ke depan kejadian di Sentani bisa saja terjadi di Sorong,” ujarnya.
“Misalkan, dulu gunung Cycloop adalah kawasan cagar alam, saat ini sudah berantakan. Di bawahnya jadi pemukiman masyarakat, lalu ada aktivitas di areal cagar alam yang bisa saja ulah kita manusia. Akhirnya berakibat bencana,” ujarnya.
Sorong tidak menutup kemungkinan akan terjadi musibah serupa. Dia mengklaim, hal ini akibat sebagian besar hutan di Sorong sudah habis di babat.
“Seperti pembalakan liar, dan lain sebagainya. artinya, kalau kita rusak alam maka kita siap terima akibatnya,” ucapnya.
Karena hutan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Maka wajib hukumnya untuk kita merawat dan melindunginya.
“Hutan itu ibarat Mama. Kita perlu menjaganya sebab dia telah memberikan kita kehidupan dengan segala isinya,” ujarnya.
Dia berpesan agar hutan digunakan secukupnya untuk kebutuhan hidup.
“Kami tidak cari keuntungan pribadi. Kami ingin kita semua bantu korban dangan uluran tangan dan kelebihan yang kita miliki,” katanya.
Seorang pemberi sumbangan, Yenny berujar, prihatin atas duka di Sentani. Dia mengajak maayarakat sorong untuk memberi dari kelebihannya.
“Mari kita ulurkan tangan untuk membantu sesama,” katanya.(*)
Editor: Syam Terrajana