Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Dinas Pariwisata Kota Jayapura tengah mendata seluruh potensi ekonomi kreatif berbasis media, seni, budaya, kuliner, dan arsitektur tradisional Jayapura. Pendataan itu dilakukan untuk menggiatkan ekonomi kreatif masyarakat di kampung sehingga lebih berkembang.
Kepala Seksi Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Iptek Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Muhammad Chalid, menyatakan aktivitas ekonomi telah dilakukan oleh masyarkat di kampung, terutama di sejumlah daerah tujuan wisata di Kota Jayapura. Akan tetapi, aktivitas ekonomi kreatif itu terlalu bertumpu kepada produksi kerajinan tradisional dan tari-tarian.
“Saat ini kami melakukan pembinaan dan pendataan kembali terkait ekonomi kreatif yang ada di Kota Jayapura. Kami ingin ekonomi kreatif ini bisa lebih berkembang lagi. Kalau bisa (kami ingin menumbuhkan ekonomi kreatif berbasis arsitektur tradisional), seperti rumah kariwari yang merupakan rumah khas Port Numbay,” kata Chalid di Jayapura, Selasa (23/4/2019).
Chalid menyatakan pihaknya berharap pengembangan ekonomi kreatif berbasis media, seni, budaya, kuliner, dan arsitektur tradisional Jayapura itu bisa terwujud saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020. “Sehingga pelaksanaan PON bisa juga berdampak ekonomi pada masyarajat kampung,” tutur Chalid.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Matis B. Mano menyatakan, pihaknya saat ini fokus meningkatkan kemandirian ekonomi kreatif melalui kerajinan yang bisa menjadi buah tangan bagi para wisatawan. Industri kerajinan di tingkat mikro dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kampung. “Saat ini kami mulai melakukan pendataan semua souvenir yang akan dikembangkan untuk dijual seperti noken, tifa dan kerajinan lainnya” kata Matias Mano.
Matias memperkirakan penyelenggaraan PON XX pada 2020 akan mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Jayapura. Jika dipersiapkan dengan baik, industri kerajinan di Kota Jayapura bisa mendulang laba dari penyelenggaraan PON XX. “Para pengrajin harus menyiapkan sebanyak mungkin souvenir yang asli sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing baik dari Papua maupun non Papua,” kata Matias.
Matias menjelaskan, souvenir kerajinan tangan nantinya harus dibuat sesederhana mungkin, agar dibawa saat masyarakat kembali ke daerahnya masing-masing. Selain itu, lanjut Matias, harus dengan kualitas yang baik agar diminati dan harga yang murah dan terjangkau.
“Dinas Pariwisata memiliki fokus dan perhatian dalam pengembangan souvenir kerajinan tangan. 2019 kami menyiapkan tempat yang bisa menampung semua oleh-oleh kerajinan tangan,” jelas Matias. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G