Pemkab Gorontalo periksa dugaan anthrax

Papua
Ilustrasi layanan medis, pixabay.com
Ilustrasi layanan medis, pixabay.com

Seorang warga berinisial SR di Kecamatan Telaga diduga terpapar anthrax dengan gejala gatal-gatal di tubuh, sakit kepala dan demam.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Gorontalo, Jubi – Kepala Dinas Pertanian Gorontalo, Muljady D.Mario mengatakan telah menugaskan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Veteriner, untuk memeriksa dugaan penyebaran anthrax di kawasan setempat.

Pemeriksaan dilakukan setelah seorang warga berinisial SR di Kecamatan Telaga diduga terpapar anthrax dengan gejala gatal-gatal di tubuh, sakit kepala dan demam.

“SR diduga tertular bakteri anthrax, karena memiliki riwayat ternak kambing yang mati mendadak selama sebulan terakhir,” kata  Muljadi.

Bbaca juga : Papua siap tangkal masuknya penyakit anthrax

Jelang Idul Adha, puluhan dokter dan petugas pantau kesehatan hewan

Tenaga Medis Disiagakan di Lokasi Pemotongan Hewan

Tercatat seminggu sebelum Idul Adha lalu, SR pernah membeli enam ekor kambing di Kelurahan Huangobotu, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo. Belakangan enam kambing yang ia beli semuanya mati dihari yang berbeda-beda.

Kepala UPTD Labvet, Agustina Kilapong, menyatakan enam kambing lain yang memang ia pelihara mulai kurang nafsu makan dan sakit-sakitan. Satu ekor sempat disembelih untuk dikonsumsi. “Dua ekor lain disembih dan dijual di daerah Kabupaten Pohuwato dan Boalemo,” kata Agustina.

Warga tersebut selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Aloe Soboe (RSAS), untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Sedangkan Labvet sudah mengambil sampel daging yang dikonsumsi dan yang masih tersimpan di lemari pendingin.

“Belum bisa kami pastikan apakah yang bersangkutan positif antraks. Sampel daging masih harus diperiksa untuk mendapatkan kepastian. Yang bersangkutan masih berstatus suspek anthrax,” katanya.

Rencananya Jumat besok tim Labvet akan kembali turun untuk pelayanan kesehatan hewan. Semua ternak radius satu kilometer dari TKP akan diberikan antibiotik, untuk mencegah penularan yang lebih masif. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply