Pemerintah Samoa gugat juru kampanye antivaksin

Bendera merah digantung di depan rumah-rumah di Samoa untuk mengindikasikan bahwa orang-orang di rumah itu belum menerima imunisasi campak. - The Guardian/ Getty Images
Bendera merah digantung di depan rumah-rumah di Samoa untuk mengindikasikan bahwa orang-orang di rumah itu belum menerima imunisasi campak. – The Guardian/ Getty Images

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Apia, Jubi – Pemerintah Samoa berkata hampir 90% dari orang-orang di Samoa telah menerima imunisasi campak. Serangan wabah itu telah menewaskan 65 orang dalam beberapa pekan terakhir.

Read More

Namun, ada 103 kasus campak baru yang dilaporkan sejak Jumat, menurut Kementerian Kesehatan Samoa dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (7/12/2019).

Sementara itu, Samoa telah menangkap seorang juru kampanye antivaksin di negara itu. Edwin Tamasese telah digugat karena penghasutan untuk melanggar perintah pemerintah setelah ia ditahan pada Kamis (5/12/2019).

Disadur dari Samoa Observer, Tamasese ditangkap oleh polisi di Savaii, setelah polisi menemukan ia telah melakukan pelanggaran atas peringatan tertulis yang dikirimkan pemerintah kepadanya, agar ia secara resmi menghentikan kegiatan antivaksinnya baik secara baik secara online maupun offline.

Tamasese merupakan kritikus vaksinasi yang terbuka. Dia telah berkoordinasi dengan tokoh-tokoh gerakan antivaksin internasional di Amerika, untuk menyebarkan Vitamin A atau D dan perawatan lainnya sebagai alternatif dari vaksin campak.

Baru-baru Tamasese ini juga mengunggah peringatan tentang efek samping dari imunisasi yang ia klaim akan terjadi pada anak-anak.

Ia ditangkap Kamis pagi (6/12/2019), bertepatan dengan ditutupnya kantor pemerintah dan sektor swasta selama dua hari, agar pemerintah dapat melakukan program vaksinasi massal.

Berdasarkan ketentuan keadaan darurat kesehatan masyarakat atas wabah campak yang disahkan oleh Kabinet Samoa bulan lalu, mencegah atau menghalangi siapa pun dari menerima imunisasi itu ilegal. Salah satu faktor penyebab wabah ini adalah akibat orang-orang yang menyebarkan informasi palsu, mengklaim vaksinasi itu berbahaya.

Samoa telah menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat dan mewajibkan vaksinasi secara hukum.

Kampanye imunisasi wajib itu bertujuan untuk memvaksinasi 90% populasi, tiga kali lipat dari cakupan imunisasi Samoa sebelumnya, hanya dalam beberapa minggu. Pemerintah Samoa membenarkan bahwa tingkat cakupan imunisasi 89% telah dicapai pada Jumat.

Kasus campak telah meningkat di seluruh dunia, bahkan di negara-negara maju seperti Jerman dan AS, akibat orang tua menolak imunisasi karena alasan filosofis atau keagamaan, atau kekhawatiran – yang telah dibantah oleh dokter – bahwa vaksin semacam ini dapat menyebabkan autisme.

Samoa dan PBB, pada Jumat, meminta bantuan internasional sebesar $ 10,7 juta untuk meneruskan upaya melawan dan pemulihan dari krisis ini.

“Dampak dari keadaan darurat ini meluas di Samoa dan masyarakat kita, khususnya generasi muda kita,” kata Perdana Menteri, Tuilaepa Sailele Malielegaoi, dalam sebuah pernyataan. “Karena itu sangat penting untuk memperkuat budaya penerimaan vaksin untuk menciptakan kekebalan kelompok. Ini adalah pelajaran menyakitkan yang kita pelajari dari krisis saat ini.”

Selandia Baru dan sejumlah negara dan organisasi lain, termasuk UNICEF, telah mengirimkan ribuan pasokan vaksin dan mengerahkan tenaga medis untuk membantu melawan wabah tersebut.

WHO berkata minggu lalu bahwa campak telah menginfeksi hampir 10 juta jida di seluruh dunia pada 2018 dan membunuh 140.000, kebanyakan anak-anak. Prediksi untuk 2019 bahkan lebih buruk, katanya, data sementara sampai November menunjukkan adanya peningkatan tiga kali lipat dari jumlah kasus pada periode yang sama pada 2018. (The Guardian)

Reuters telah berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

 

Editor: Kristianto Galuwo

 

Related posts

Leave a Reply