Pemerintah lambat bangun rumah tahan gempa di NTB

Bangunan Rumah Papua
Ilustrasi, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengatakan saat ini pembangunan rumah tahan gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah diterjang gempa pada Juli 2018 masih mengalami keterlambatan. Tercatat sebelumnya pemerintah memang berkomitmen menuntaskan pemulihan pascabencana gempa di NTB.

Read More

“Perlu percepatan khususnya di bidang infrastruktur, ekonomi, sosial dan multisektor yang masih lambat karena fokus pembangunan selama ini masih di sektor pemukiman,” kata Plt. Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Nelwan Harahap, Senin (14/6/2021).

Baca juga : Pemkot Mataram usulkan bantuan untuk 1.505 keluarga korban gempa

Sejumlah Gubernur rancang cetak biru kebencanaan

Kondisi terkini banjir NTB dan NTT yang menewaskan 86 jiwa

Nelwan mengatakan meski saat ini pelaksanaan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (R3P) sudah berjalan di kabupaten dan beberapa kota terdampak, namun pemerintah tetap memerlukan perpanjangan waktu dalam memenuhi target pembangunan hunian tahan gempa bagi para penyintas ini.

Dia memastikan saat ini keterlambatan pembangunan hunian tetap dan R3P sudah terpetakan dengan jelas. Oleh karena itu dia memastikan semua masalah juga bisa segera dikomunikasikan dengan pihak BNPB.

“Permasalahan-permasalahan itu berkaitan dengan kebutuhan lahan relokasi pemukiman warga serta pendanaan pembangunan hunian tetap,” kata Nelwan menambahkan.

Nelwan memberi sejumlah masukan berkaitan dengan pemulihan pascagempa Lombok ini. Hal itu yakni, pertama, akan dilakukan review dan refocusing R3P untuk empat sektor lain selain pemukiman dan akan dibuat timeline penyelesaian setiap tahunnya.

Kedua, Pemda perlu menginventarisasi program R3P dan sumber dananya termasuk yang berasal dari hibah maupun NGO. Ketiga, BNPB dan Pemda serta K/L terkait perlu menyelesaikan persoalan data, baik karena ketiadaan data maupun data ganda sehingga proses penanganan diharapkan lebih cepat selesai.

“Semua rencana yang sudah disetujui dan ditetapkan agar benar-benar menjadi prioritas untuk diselesaikan oleh semua pihak,” kata Nelwan menjelaskan. (*)

CNN Indonesia

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply