Papua No. 1 News Portal | Jubi
Manokwari, Jubi – Pemberdayaan Orang Asli Papua (OAP) di dunia usaha dalam pemanfaatan komoditi lokal melalui intervensi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) bersama program pertumbuhan ekonomi hijau Papua-Papua Barat terus ditingkatkan.
Dwi Rudi Haryoto, Direktur pengembangan sumberdaya dan lingkungan hidup PDTT, di Manokwari, mengatakan evaluasi terkait pendampingan yang dijalankan oleh program pertumbuhan ekonomi hijau di Papua Barat, sedang dilaksanakan.
“Akhir tahun ini kami turun untuk evaluasi, sekaligus menyiapkan kegiatan yang akan dikembangkan pada tahun 2021 khususnya di Papua Barat,” ujar Rudi saat menghadiri rapat manajemen komite Papua Barat, Senin (9/11/2020) kemarin di Manokwari.
Dikatakan Rudi, sejumlah isu menarik di Papua Barat telah dikongkritkan oleh Pemerintah provinsi, salah satunya komoditi rumput laut asal kabupaten Teluk Wondama yang telah diproduksi 20 ton untuk diekspor ke Surabaya. Produksi rumput laut inipun, sebut Rudi, dijadikan model (barometer) dalam pengembangan komoditas lainnya di Papua Barat.
“Kali ini kita fokus di wilayah Papua Barat, dan salah satu potensi rumput laut Wondama sudah di eskpor, itu hasil pertanian orang asli papua (OAP). Hal yang sama akan kita dorong pada komoditas Pala di Fakfak dan Kakao di kabupaten Manokwari Selatan,” tuturnya.
Selain pengembangan komoditas, sumberdaya manusia orang asli papua selaku pelaku usaha dalam program ini menjadi perhatian serius kementerian desa dan program pertumbuhan ekonomi hijau. Oleh karena itu, pendampingan untuk keterampilan dan pendidikan bisnis pun se-paket diterapkan dalam program itu.
“OAP punya kemampuan yang luar biasa jika diberi pendampingan bukan sekedar teori dan praktek, tapi lebih pada pendekatan yang ramah dan ikhlas,” tuturnya.
Sementara, Anthony Torrens, direktur program pertumbuhan ekonomi hijau Papua-Papua Barat, mengatakan bahwa tahun 2022 ditargetkan seluruh usaha, komoditi dan produk yang telah dibina dalam bentuk kelompok usaha OAP di Papua-Papua Barat bisa mandiri dan berkelanjutan baik dari segi produksi, kemampuan manajemen keuangan dan pasar.
“Saat ini, masyarakat sedang belajar bisnis sambil mengasah keterampilan, dan kami (ekonomi hijau) lengkapi rantai nilai. Karena ditengahnya, ada jasa dan proses yang perlu juga dirapikan sambil komoditi ditingkatkan. Dan target kita 2022 usaha masyarakat sudah mandiri sendiri,” katanya.
Dia menyebutkan, kelompok usaha masyarakat juga harus berubah pola pikirnya, dari cara menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan berpikir untuk berhadapan dengan pembeli yang lebih besar, sehingga hasil produksi pun harus jauh lebih besar dari yang biasa (dihasilkan sehari-hari).
“Itu bukan hal yang mudah, tapi menuntut organisasi yang agak canggih ditingkat komunitas, bukan hanya tingkat rumah tangga. Makanya kami merangkul masyarakatbuntuk kerjasana dalam satu kelompok usaha komoditas unggulan tertentu,” ujarnya.
Untuk mengatasi tingginya biaya logistik, kata Torrens, volume (jumlah) juga harus besar, dan ini tantangan utama kami bagaimana mengajak masyarakat untuk kerjasama, tapi juga sadar akan realita bisnis.
“Pemerintah hanya memfasilitasi, dan masyarakat yang punya bisnis bisa capai kemandirian ketika masuk dalam rantai nilai yang disiapkan untuk hidupkan usaha,” ujar Torrens.
Sebelumnya, Gubernur Dominggus Mandacan, berhadap OPD teknis di Pemprov bersama kepala daerah di Papua Barat untuk lebih berperan aktif dalam memberdayakan kelompok usaha OAP yang sedang dibina melalui program pertumbuhan ekonomi hijau.
“Perlu dibentuk satuan tugas (satgas) komiditi unggulan di tingkat Pemprov Papua Barat dan kabupaten, yang berangotakan para pihak dari sektor hulu sampai hilir untuk menyambut pengembangan potensi lokal yang digeluti oleh OAP,” ujar Mandacan, saat melepas 20 ton rumput laut Wondama ke Surabaya belum lama ini. (*)
Editor: Edho Sinaga