Pelaku wisata keluhkan Pungli di objek wisata Sumba Barat Daya

Ilsutrasi wisatawan, pixabay.com
Ilustrasi wisatawan, pixabay.com

Praktik pungutan liar dilakukan dengan berbagai alasan seperti buku tamu untuk tiket masuk, parkiran dan pemakaian toilet.

Papua No. 1 News Portal | Jubi,

Read More

Kupang, Jubi – Praktik pungutan liar (Pungli) masih marak terjadi pada sejumlah objek wisata di Kabupaten Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Praktik pungutan liar tersebut terjadi pada sejumlah destinasi seperti Tanjung Mareha, Watu Malando, Pantai Mbawana.

“Beberapa kali saya membawa tamu ke sejumlah destinasi di Sumba Barat Daya, kasusnya sama terus, banyak pungutan liar yang dilakukan warga setempat,” kata Pemilik operator tur PT Flores Komodo Tours, Oyan Kristian, Senin, (10/6/2019).

Baca juga : Belajar dari pulau Ahe kelola destinasi wisata Papua

Kampung Yokiwa akan dikembangkan sebagai destinasi wisata

Kota Jayapura tata destinasi wisata jelang PON 2020

Oyan menyebutkan praktik pungutan liar dilakukan dengan berbagai alasan seperti buku tamu untuk tiket masuk, parkiran dan pemakaian toilet.

Selain itu ketika wisatawan berdiri di samping kuda untuk berpose juga harus membayar di luar dari biaya ketika ingin menunggangi kuda.

“Anak-anak datang begitu saja berdiri di depan pintu toilet tanpa menginformasikan biaya penggunaan toilet tapi ketika selesai digunakan baru ditodong untuk bayar sekian,” kata Oyan menjelaskan.

Selain itu ia juga mengeluhkan sikap warga di berbagai objek wisata setempat yang telah menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan.

“Ketika saya membawa para tamu tiba di Pantai Mbawana langsung dikerumuni warga setempat, anak-anak minta uang untuk beli permen, beli buku, dan yang dewasa menyodorkan souvenir terkesan memaksa tamu untuk membelinya,” kata Oyan menyayangkan.

Ia menyayangkan praktik seperti  itu masih marak terjadi, hal itu menghadirkan kesan buruk kunjungan wisatawan.

Padahal, menurut Oyan para pelaku wisata siap membantu mempromosikan berbagai destinasi yang ada, namun harus diimbangi pengelolaan secara baik untuk memastikan agar betul-betul siap dikunjungi.

“Karena percuma kalau promosi gencar terus tapi ketika tamu datang menjadi kecewa karena destinasi kita tidak siap dari berbagai aspek,” katanya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply