Sejak April, pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang loyal terhadap Haftar melancarkan aksi merebut Tripoli, lokasi mereka memerangi pasukan yang bersekutu dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui internasional.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Benghazi, Jubi – Pasukan timur Libya, yang loyal kepada komandan Khalifa Haftar, pada Sabtu (11/1/2020) mengumumkan gencatan senjata bersyarat di kawasan barat, termasuk ibu kota Tripoli, sejak Minggu pukul 00:01waktu setempat.
Sejak April, pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang loyal terhadap Haftar melancarkan aksi merebut Tripoli, lokasi mereka memerangi pasukan yang bersekutu dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui internasional.
Berita terkait : Pasukan Libya rebut dua pangkalan dari pasukan Haftar
Libya kerahkan tentara hadapi pasukan Haftar
Serangan di akademi militer Libya tewaskan 30 orang
LNA pada Kamis menolak seruan gencatan senjata pihak-pihak bertikai oleh Turki dan Rusia di tengah bentrokan dan serangan udara dalam konflik yang meningkatkan keterlibatan dan keprihatinan asing.
Namun juru bicara LNA Ahmed Mismari mengatakan melalui pernyataan video pada Sabtu sore bahwa LNA menerima gencatan senjata di kawasan barat asalkan pihak lain mematuhi gencatan senjata tersebut. Ia memperingatkan bahwa pelanggaran apa pun akan diganjar dengan respons yang kuat.
Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL) menyambut gencatan senjata tersebut dan mendesak pihak bertikai agar secara penuh mematuhi gencatan senjata dan memberi ruang bagi upaya damai untuk membahas semua sengketa melalui dialog sesama Libya.
Turki mendukung GNA yang bermarkas di Tripoli pimpinan Fayez al-Serraj, sementara kontraktor militer Rusia telah diterjunkan bersama dengan pasukan timur.
Pejabat senior GNA menyebutkan pihaknya menyambut usulan gencatan senjata yang kredibel namun memiliki tugas untuk melindungi warga Libya dari serangan Haftar.
Gencatan senjata tampaknya akan sulit diberlakukan setelah peningkatan pertempuran baru-baru ini di sekitar Tripoli dan kota strategis Sirte. Kondisi aliansi militer Libya yang longgar dan rapuh juga menjadi salah satu faktornya. (*)
Editor : Edi Faisol