Papua No.1 News Portal | Jubi
Suva, Jubi – Sekretaris Jenderal Forum Kepulauan Pasifik (Pacific Islands Forum; PIF) yang baru, Henry Puna, telah meminta informasi yang lebih dalam dan bukti berbasis ilmiah tentang rencana Jepang untuk membuang lebih dari satu juta ton air limbah Fukushima yang telah diolah di Pasifik.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Sekretariat PIF, sekjen baru yang menggantikan Dame Meg Taylor itu menekankan hal ini kepada pemimpin-pemimpin anggota forum itu dalam tugas perdananya memegang jabatan tersebut.
Dia mengatakan tujuan dari pertemuannya dengan Direktur Jenderal International Atomic Energy Agency (IAEA), Rafael Grossi, terkait keputusan Jepang untuk membuang air limbah yang diolah menggunakan metode ALPS ke Samudra Pasifik, adalah untuk melakukan “dialog yang sangat terbuka dengan IAEA mengenai keputusan oleh mitra dekat kami, Jepang, baru-baru ini. Kami bersama, sebagai suatu kawasan, berhak atas jawaban yang jujur, termasuk penilaian bukti berbasis ilmiah, yang membenarkan keputusan Pemerintah Jepang, yang telah didukung oleh IAEA.”
IAEA yang berbasis di Wina telah membela pengumuman Jepang pada April 2021, mengatakan hal itu ‘layak secara teknis’.
Tetapi kelompok lingkungan hidup, baik di Jepang maupun secara global, maupun Asosiasi Perikanan Jepang yang kuat, skeptis. Pemimpin dari Tiongkok, Korea Selatan dan Taiwan juga telah melaporkan keprihatinan mereka, dan negara-negara anggota PIF telah meminta pemerintah Jepang agar menundanya saat menanggapi pengumuman Jepang pada April itu.
Desakan keras dari Pasifik tampaknya diremehkan oleh Rafael Grossi, yang membagikan antusiasmenya akan pertemuan tersebut, tetapi tidak menanggapi kekhawatiran Pasifik.
Apakah masalah lingkungan hidup dan kesehatan akibat air limbah Fukushima akan dibahas dalam agenda pertemuan pemimpin-pemimpin Jepang-Pasifik berikutnya, yang dikenal sebagai PALM, masih belum diketahui. (PACNEWS)
Editor: Kristianto Galuwo