Pasar yang menyuguhkan jual beli ikan pada pagi hari itu dinilai unik dengan beragam aktivitas dan berbagai jenis ikan laut yang disajikan.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sorong, Jubi – Pasar tradisional jembatan puri Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, menjadi rujukan wisatawan asing maupun domestik. Pasar yang menyuguhkan jual beli ikan pada pagi hari itu dinilai unik dengan beragam aktivitas dan berbagai jenis ikan laut yang disajikan.
“Pasar tradisional tersebut menjadi pilihan kunjungan wisata bagi turis asing maupun domestik yang hendak pergi atau pulang dari kawasan Raja Ampat saat transit di Kota Sorong,” kata seorang pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Raja Ampat, Yopi di Sorong, Senin, (20/1/2020).
Baca juga : Pelaku pariwisata diminta menjaga alam Raja Ampat
Kandasnya Aqua Blu di Raja Ampat tak pengaruhi kunjungan wisata
Perahu kajang menjadi salah satu identitas wisata Raja Ampat
Yopi mengaku sering mengantarkan wisatawan guna melihat atraksi jual beli ikan di pasar tradisional jembatan puri pada pagi hari. Menurut dia, keberadaan pasar itu mudah dijangkau semua wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat melalui Bandara Domine Eduard Osok Sorong. Pemandu wisata Raja Ampat menjemput mereka di Bandara Sorong dan bersama melakukan perjalanan menuju Raja Ampat menggunakan kapal.
“Sebelum maupun sesudah berkunjung ke Raja Ampat, wisatawan pasti menginap sehari di Kota Sorong guna menunggu penerbangan atau transportasi lanjutan,” kata Yopi menambahkan.
Keberadaan pasar tradisional jembatan puri sering dikunjungi wisatawan, terutama dari negara asing saat menghabiskan waktu liburan di Kota Sorong.
Yopi mengaku pernah mengantar wisatawan asal Belanda melihat atraksi jual beli berbagai jenis ikan di pasar tradisional jembatan puri dan mereka sangat senang. Bahkan pada saat itu mereka melihat ada masyarakat yang menjual anak ikan hiu. “Tak jarang wisatawan asing memprotes memberikan masukan kepada agar memberikan pemahaman kepada masyarakat tidak menangkap anak ikan hiu,” ujar Yopi menjelaskan. (*)
Editor : Edi Faisol