Wor dan Ararem dalam perkawinan suku Byak

Papua-ketuk pintu dan antar mas kawin
Pihak keluarga laki laki mengetuk pintu rumah saat hendak meminang dan mengantar mas kawin ke pihak keluarga perempuan - Jubi/dam

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Ararem adalah suatu tradisi mengantar mas kawin dari keluarga pihak laki-laki atau calon suami kepada keluarga perempuan sebagai calon istri yang telah berlangsung turun temurun dalam budaya suku Byak di Tanah Papua.

Jurnalis arsip.jubi.id, Sabtu (19/3/2022), pukul 10.00 Waktu Papua, ikut memantau dari dekat acara Wor dan Ararem keluarga Ronsumbre  dan keluarga Kakisina dalam acara peminangan antar kawin dari kedua anak mereka, Willy Kakisina dan Inserensorai Emma Ronsumbre, di kediaman keluarga perempuan di Waena dekat GKI Siloam, Kota Jayapura, Papua.

Read More

Dani Ronsumbre, koordinator tarian dalam acara Ararem dan Wor yang berlangsung di keluarga Ronsumbre dan keluarga Kakisina, menyebutkan ada empat tahapan dalam Wor.

Papua-gelang sarak dan samfar ke tangan kedua calon mempelai
Paman dari keluarga perempuan Ishak Boekorsjom memasang gelang sarak dan samfar kepada kedua mempelai, Emma dan Willy, di kediaman di Waena, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (19/3/2022) – Jubi/dam

Menurut Dani Rousumbre, prosesi Wor itu antara lain, pertama, Wor Kedwa atau mengetok pintu rumah keluarga perempuan. Kedua, Wor Wafufen yakni antar mas kawin dan menerima keluarga pihak laki laki masuk ke dalam rumah. Ketiga, Wor Abuskapar dan keempat Wor Erisam menutup semua proses.

Wor Erisam adalah upacara mengikat kedua pasangan dengan memasang gelang sarak (gelang yang terbuat dari besi putih) dan samfar (samfar gelang yang terbuat dari kulit bia) pada lengan kedua pasangan yang hendak menikah.

“Paman dari keluarga perempuan yang memasang pada kedua lengan pasangan,” kata Ronsumbre.

Papua-meniup triton atau kulit bia agar semua kerabat berkumpul
Meniup triton atau kulit bia pertanda acara peminangan Ararem dan Wor segera dimulai – Jubi/dam

Antropolog Enos Rumansara menyebutkan bahwa tradisi Wor merupakan tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi suku Biak. Segala aspek kehidupan sosial orang Biak sering kali diwarnai dengan upacara adat. Ini bisa dilihat dalam falsafah orang-orang Biak yang mengatakan “Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar”. Makna ini menurut Rumansara artinya tanpa upacara atau pesta adat kami akan mati.

Oleh karena itu, menurut Rumansara, Wor mempunyai dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. Kedua, sebagai nyanyian adat. Wor mengandung makna nilai-nilai budaya yang berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama, dan lingkungan alam tempat di mana mereka berada.

Upacara Ararem dilakukan pula dengan adanya Wor Farbakbuk, adalah Wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti Wor Ramrem, Woryakyer dan Wafwofer, serta Wor Anenfasus.

Papua-antar mas kawin
Warga dan kerabat dari pihak laki laki mengantarkan mas kawin ke keluarga pihak perempuan – Jubi/dam

Keramik China dan Guci

Ararem atau mas kawin yang diantar dari pihak laki-laki kepada keluarga perempuan biasanya berupa piring antik China (Ben more more, ben bepon), guci, dan uang. Dalam prosesi pengantaraan mas kawin termasuk pula ada uang susu sebagai ikatan emosional antara ibu dan anak perempuannya selama dalam kandungan.

Keramik Cina bagi penduduk di pesisir Teluk Cenderawasih khususnya wilayah adat Saireri, merupakan barang atau benda berharga yang mempunyai nilai budaya. Keramik Cina dianggap tinggi nilai serta statusnya, karena benda ini tidak diproduksi di Papua dan mutunya jauh lebih tinggi dan lebih menarik dari gerabah (wadah tanah liat).

Keramik Cina dibuat dari bahan campur kaca berkualitas tinggi, dihias dengan indah dan dibakar dengan temperatur yang jauh lebih tinggi dari pada yang dilakukan pada tempat pembakaran di Asia Tenggara. Keramik campur kaca berkualitas tinggi dari Cina merupakan barang dagangan utama untuk jarak yang lebih jauh. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply