Papua No. 1 News Portal | Jubi
Makassar, Jubi – dr. Maria Lousia Rumateray dari Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua berharap para pengambil kebijakan mulai dari pemerintah pusat hingga daerah tidak hanya fokus pada pencegahan dan penanganan pandemi korona.
Ia berpendapat, perhatian terhadap pandemi COVID-19 atau Korona kini terkesan sangat berlebihan. Misalnya saja di Jayawijaya, setiap kampung menggunakan dana kampung untuk membiayai pencegahan penyebaran Korona.
Pernyataan itu dikatakan dokter yang biasa disapa Mia ini dalam diskusi online “Mari Bicara Solusi Menuju Papua Sehat Pasca COVID-19”, Senin (29/6/2020).
“Kalau korona ini sangat penting [ditangani] saya berharap [penyebaran] HIV-Aids juga mestinya [dianggap] penting, karena sejak satu dekade ini [HIV-Aids] membunuh banyak orang di Papua,” kata dr. Mia Rumateray.
Di Jayawijaya menurutnya, sebelum dan setelah pandemi Korona kini, ada berbagai gangguan kesehatan warga yang ditangani pihaknya. Di antaranya, malaria, HIV-Aids, tifus dan beberapa jenis penyakit lain.
Menurutnya, hingga kini Tanah Papua belum terbebas dari HIV-AIDS. Angka kematian yang disebabkan penyakit ini disebut masih tinggi. Data 30 Juni 2016 lalu, tercatat sebanyak 25 ribu lebih kasus HIV di Papua berdasarkan penderita yang mengkonsumsi obat secara rutin.
Pihak terkait hingga kini dinilai belum mampu menghambat penyebaran HIV-AIDS di Papua, dan jumlah kasus terus meningkat. Penyebaran HIV kini hampir di seluruh Papua dan penyebarannya makin meluas di daerah pegunungan.
Ia berharap, pemerintah pusat juga memperhatikan masalah kesehatan lain misalnya penanganan dan penanggulangan HIV-Aids, dalam setiap kebijakan.
“Masalah kesehatan di Papua mungkin harus dikomunikasikan lagi. Sebenarnya sudah terjadi bencana kemanusiaan di Papua mungkin para pengambil kebijakan di pusat dan daerah, belum melihat ini sebagai bencana kemanusiaan,” ujarnya.
Dalam diskusi yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Ina Gwijangge mengatakan, pihaknya mengalami berbagai kendala dalam mengedukasi warga selama masa pandemi Korona.
Katanya, ada keyakinan sebagian masyarakat jika Korona adalah penyakit kutukan Tuhan, dan orang asli Papua tidak akan kena karena fisiknya kuat dan sebagainya.
“Ini memang kendala kami, tapi kami terus berupaya mengedukasi masyarakat meski Nduga hingga kini masih zona hijau,” kata Ina Gwijangge. (*)
Editor: Edho Sinaga