Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Fotografer Stracky Yali membuat proyek fotografi untuk mengampanyekan literasi dan budaya membaca buku. Ia berharap karya-karya fotonya yang menghadirkan figur orang muda Papua membaca buku dapat mendorong minat orang asli Papua untuk membaca dan menulis.
Stracky Yali menuturkan, proyek fotografi yang dimulai sejak 2018 itu berangkat dari kegelisahan melihat rendahnya budaya membaca buku di kalangan generasi muda Papua. Yali juga gelisah melihat banjir informasi di berbagai media sosial justru lebih didominasi dengan informasi yang sensasional.
“Generasi muda sekarang lebih suka berita yang sensasional ketimbang membaca buku atau koran. Bahkan di media sosial, ketika kita memposting tulisan, [mereka] jarang membaca. Mereka lebih memilih like, ketimbang membaca artikel tulisan yang disajikan oleh para penulis,” kata Yali saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Rabu (14/4/2021).
Baca juga: Lewat proyek fotografinya, Starky Yali gaungkan penolakan Otsus Papua Jilid 2
Yali mengatakan proyek fotografi yang dimulai 2018 itu sudah mulai dipublikasikan secara bertahap pada 2020 dan 2021. Karya fotografinya itu dipublikasikan melalui Facebook.
“Saya mengonsep foto menggunakan [sampul] buku berjudul Pendidikan Kaum Tertindas karya Paulo Fraire. Ulasan buku itu sesuai dengan fakta pendidikan kita hari ini di Papua,” katanya.
Figur yang hadir dalam karya Yali mengenakan topi kain berlogo bintang merah, yang identik dengan salah satu karya fotografi paling ikonik di dunia, potret wajah Ernesto “Che” Guevara karya Alberto Korda. Topi kain itu dianggapnya identik dengan para aktivis Papua, dan terinspirasi dengan gerakan kaum sosialis di dunia.
“Orang Papua itu berjiwa sosial. Konteksnya tepat. Topi itu melambangkan kaum miskin kota, kaum marginal, kaum buruh, tani, nelayan, anak-anak miskin kota, untuk bersatu membudayakan membaca. [Membaca itu penting] untuk melawan sistem yang memperbudak kita, orang Papua,” katanya.
Stracky Yali ternyata memilih dengan ketat figur yang hadir dalam karya foto kampanye literasi itu. Ia memilih model yang memiliki hobi membaca.
“Model dalam foto itu mereka yang hobi membaca. Konsep yang kami buat tidak hanya sekedar konsep. Kami memang undang mereka supaya memberikan inspirasi kepada generasi muda Papua lain untuk terus membaca, menulis untuk Tanah Papua yang kian hari menghadapi [kian] banyak persoalan,” katanya.
Baca juga: Foto jurnalis Jubi terbaik di Pelatihan Fotografer Peliput PON Papua
Yali meyakini, harus ada banyak orang Papua yang menulis tentang Papua. “[Ketika] orang luar Papua melihat orang Papua, itu jauh berbeda. Sehingga, kita harus kreatif menulis di media massa, di facebook. Apabila kita, orang Papua, banyak membaca, tentu kita bisa menulis. Kita menulis tentang kronologi pembunuhan, tabrak lari, bagaimana penanganan medis, tentang orang Papua, dan lain sebagainya,” katanya.
Yali ingin membumikan literasi, agar budaya membaca buku dan menulis tidak dianggap sebagai kegiatan elit yang hanya dilakukan dosen, mahasiswa, atau guru. “Meskipun banyak orang Papua suka membaca buku, kampanye untuk tetap membaca buku itu harus digalakkan,” katanya.
Pendiri Komunitas Sastra Papua (Ko`Sapa), Andy Tagihuma mengajak anak muda di daerah ini untuk giat membaca buku dan meninggalkan kebiasaan menghabiskan waktu dengan bermain gawai. Dengan membaca, para pemuda di Papua bisa mengambil langkah ke depan dengan modal pengetahuan yang didapatkan dari sejumlah buku yang dibacanya. “Setelah itu kita bisa memperhitungkan langkah untuk melakukan apapun dari hasil membaca, sesuai dengan kebutuhan kita masing masing,” kata Tagihuma. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G