Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Pendeta Gereja GKIP Marantha di Yulugoma Distrik Beoga, Pdt Jopinus Uamang mengklarifikasi pemberitaan di sejumlah media massa yang menyatakan bahwa Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB melakukan pemerkosaan di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Pdt Jopinus Uamang menyatakan tidak terjadi pemerkosaan gadis-gadis di Beoga.
“Saya menyampaikan kepada TNI dan Brimob tentang kejadian di Beoga. Waktu itu, karena banyak tentara dan Brimob, saya tidak kontrol bahasa dan pembicaraan. Jadi maaf, itu salah. Tidak ada pemerkosaan yang dilakukan oleh TPNPB di Beoga,” kata Pdt Jopinus Uamang saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon pada Jumat (23/4/2021).
Menurut Uamang, yang ia sampaikan kepada aparat keamanan adalah kronologi peristiwa yang terjadi di Kampung Yulugoma, Dambet, dan Ogolan. Waktu itu TPNPB datang untuk menyelesaikan masalah perang suku antara Marga Kum dan Marga Manga. Setelah perang antara Marga Kum dan Marga Manga itu diselesaikan, TPNPB kemudian menembak dua orang guru di Beoga, dan membakar rumah milik Kepala Suku Bener Tinal, serta membakar sekolah.
“Itu yang saya laporkan ke aparat kemanan. Bukan tentang TPNPB datang melakukan pemerkosaan. TPNPB mereka datang menyelesaikan perang suku. Tapi untuk pemerkosaan yang diberitakan media, itu tidak benar. Maaf,” kata Uamang.
Baca juga: TPNPB: Tuduhan pemerkosaan di Beoga itu propaganda
Sebelumnya, sejumlah media memberitakan keterangan pers tertulis Satuan Tugas Nemangkawi Polri yang menyatakan TPNPB melakukan pemerkosaan terhadap gadis-gadis di Beoga dan Dambet. Media tersebut memberitakan bahwa siaran pers Satuan Tugas Nemangkawi Polri itu mengutip video viral Pdt Jopinus Uamang.
“Jadi [yang] hancur itu bukan hanya sekolah saja, tapi kita punya anak-anak perempuan juga sudah hancur, kita juga sudah hancur, rumah sudah hancur semua. Jadi sudah hancur, dan [TPNPB] sudah pergi. Jadi sekarang sudah aman, Bapak-bapak [aparat keamanan] sudah datang, sudah aman, jadi kita panggil kembali keluarga yang sudah hilang [menghilang] di hutan-hutan, guru-guru. Nanti dari pemerintah juga mereka akan datang melihat kondisi yang terjadi di Beoga,” kata Pdt Jopinus Uamang dalam video yang viral itu.
Meskipun dalam video itu Pdt Jopinus Uamang tidak menyebut soal pemerkosaan, media memberitakan siaran pers Satgas Nemangkawi Polri menyebut dugaan pemerkosaan itu didasarkan kesaksian dari Pdt Jopinus Uamang (dalam pemberitaan tentang dugaan pemerkosaan itu dituliskan sebagai “Pendeta Jopinus Wama”) dalam video yang viral itu.
Uamang mengakui terus ia memikirkan pernyataannya yang viral itu. “Setelah saya pulang ke rumah, saya berfikir lagi bahwa pernyataan tersebut salah. Karena bisa berdampak buruk. Jadi maaf. Itu salah. Tidak ada pemerkosaan di beoga. Dan ketika itu sewaktu itu saya grogi bicara, karena banyak aparat tentara dan Brimob. Sehingga saya minta maaf atas pernyataan saya tentang ada pemerkosaan yang dilakukan oleh TPNPB terhadap warga. Itu tidak benar,” katanya.
Uamang mengatakan benar bahwa banyak masyarakat yang mengungsi pasca penembakan dua orang guru di Beoga. “Masyarakat meninggalkan rumah mereka, dan lari dekat hutan pinggir kampung, itu memang saya laporkan. Namun untuk terkait dengan pernyataan saya tentang dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh TPNPB, itu tidak benar. Waktu itu aparat kemanan mereka minta penjelasan, saya jelaskan kondisi seadanya,” katanya.
Uamang mengatakan hingga kini sebagian masyarkat masih takut konflik bersenjata dan penembakan akan berulang di Beoga. TPNPB telah meninggalkan Beoga, namun sebagian masyarakat masih mengungsi di pinggiran hutan karena takut dengan aparat keamanan.
“Masyarakat takut karena selama ini mereka dengar penembakan TNI/Polri di Intan Jaya dan Ilaga. Masyarakat takut sehingga belum bisa beraktivitas di ujung kampung,” katanya.
Baca juga: Siswa SMA Ilaga ditembak TPNPB, dituding mata-mata polisi
Uamang juga menjelaskan Bupati Puncak, Willem Wandik, telah datang ke Beoga, dan menyerahkan bantuan berupa 1 ton beras kepada para warga. Bupati juga meminta masyarakat yang mengungsi ke pinggiran hutan kembali ke kampung. “Satu demi satu, masyarkat datang mengambil beras untuk keluarga masing-masing,” kata Pdt Jopinus Uamang.
Secara terpisah, Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom membantah tudingan bahwa pasukan TPNPB melakukan pemerkosaan di Beoga dan Kampung Dambet, Kabupaten Puncak, Papua. Sambom menyatakan tudingan itu merupakan propaganda aparat keamanan.
Sambom menyatakan kebanyakan anggota TPNPB adalah orang asli Papua yang berasal dari kawasan pegungungan tengah Papua. Ia menyatakan adat dan tradisi orang asli Papua dari wilayah pegunungan tengah melarang setiap laki-laki yang sedang berperang untuk melakukan hubungan seksual selama masa perang.
“Kami orang Papua asli dari pegunungan tengah yang berbusana koteka tahu hukum perang. Saat perang, [kami] tidak boleh tidur dengan perempuan, [bahkan] sekalipun [dengan] istri [sendiri] tidak boleh. Hukum perang [dalam tradisi] kami ini masih berlaku sampai hari ini,” kata Sambom. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G