Gubernur Mandacan lepas 20 ton rumput laut petani Wondama

papua-rumput-laut-wondama
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, saat melepas 20 ton rumput laut hasil produksi petani OAP Teluk Wondama - Jubi/Hans Arnold Kapisa

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Manokwari, Jubi – Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, resmi melepas 20 ton rumput laut (seagrass), komoditas unggulan Kabupaten Teluk Wondama hasil produksi petani orang asli Papua (OAP) ke Surabaya, Selasa (27/10/2020).

Mandacan mengatakan pengembangan rumput laut  sebagai salah satu komoditas lokal unggulan non deforestasi dan merupakan program prioritas dan kebijakan utama Pemerintah Provinsi Papua Barat dalam rangka pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan.

Read More

Rencana pengembangan komoditas ini telah menjadi perhatian dan telah disusun dalam grand design Investasi Hijau Papua Barat dan peta jalan pengembangan komoditas unggulan non deforestasi.

“Untuk lebih mengefektifkan upaya-upaya ini, saya telah memerintahkan untuk dibentuk satuan tugas komoditi unggulan (termasuk untuk komoditi rumput laut) yang beranggotakan para pihak dari sektor hulu sampai hilir, termasuk salah satu anggotanya adalah pihak mitra pembangunan program pengembangan ekonomi hijau,” ujar Gubernur Mandacan.

Mandacan juga mengatakan produksi 20 ton dan pengaplan perdana tersebut menjadi contoh kerjasama yang baik, bagaimana peran pemerintah, baik Pemerintah Pusat (Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal), pemerintah daerah, mitra pembangunan (Unit Perubahan Iklim dari Pemerintah Kerajaan Inggris (UKCCU) – sebagai donor), program Pertumbuhan Ekonomi Hijau (sebagai mitra pendamping dan implementator), dan UD Nadifah sebagai pembeli, serta petani orang asli Papua yang mendapat pendampingan.

“Tentunya dibutuhkan kepemimpinan untuk mengkoordinir semua proses untuk bisa berjalan sesuai rencana dan ini yang dimainkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat sebagai koordinator mitra pembangunan,” sebut Mandacan.

Untuk lebih meningkatkan hasil produksi dan nilai tambah produk rumput laut perlu segera disusun rencana induk pengembangan dan rencana usaha sehingga lebih terarah, efisien, dan efektif dalam pengembangan komoditas ini.

Gubernur Mandacan minta OPD teknis terkait di pemerintah provinsi dan Kabupaten Teluk Wondama untuk mengambil peran lebih besar dalam pembinaan petani rumput laut OAP sehingga akan lebih cepat peningkatan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan.

Kepada pihak perbankan, Mandacan minta bantuan untuk dapat memberikan asistensi dalam rangka peningkatan kapasitas petani dan permodalan dalam usaha budidaya rumput laut. Perlu dukungan semua pihak untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan ekonomi kreatif dan inovatif, terutama di kalangan petani dan nelayan yang membudidayakan rumput laut.

“Juga bagaimana memperbaiki rantai pasok sehingga lebih murah biaya pengiriman atau distribusinya dan akan meningkatkan harga produk di tingkat petani,” tutur Mandacan.

Sementara itu, Koordinator Mitra Pembangunan Provinsi Papua Barat, Prof. Charlie D. Heatubun, mengatakan kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari komitmen pengembangan ekonomi hijau berbasis komoditas unggulan daerah yang diamanatkan dalam ‘Deklarasi Manokwari’ Hasil Konverensi Internasional Keanekaragaman Hayati, Ekowisata dan Ekonomi Kreatif (ICBE) 2018.

“Dalam deklarasi Manokwari [ICBE 2018], Pemerintah Kerajaan Inggris berkomitmen membantu Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp400 miliar dan dilanjutkan dengan Pertemuan Tingkat Tinggi Investasi Hijau di Sorong dengan Program Pengembangan Ekonomi Hujau, sebagai implementator antara Inggris (UK Climate Change Unit-UKCCU) dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia dengan durasi tiga tahun,” kata Charlie.

Charlie juga melaporkan produksi rumput laut yang dilepas dengan tujuan Surabaya saat ini sebanyak 20 ton adalah produk rumput laut jenis Sakol (Eucheuma Cottonii) yang merupakan hasil produksi budidaya oetani OAP di Kampung Yende, Kampung Mena, dan Kampung Niap (Distrik Roon), Kampung Yembekiri, Kampung Nusorowi, dan Kampung Isenebuai (Distrik Rumbepoon), serta Kampung Yomber, Distrik Yoswar, Kabupaten Teluk Wondama.

“Harga rumput laut di tingkat petani di kampung sebesar Rp6.000 per kilo gram, dan harga jual di Surabaya sebesar Rp18.000 per kilo gram, sehingga dengan hasil 20 ton pada hari ini ada total uang beredar Rp120 juta di kampung-kampung yang disebutkan tadi,” ujarnya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply