Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh: Yan Christian Warinussy
Injil adalah kabar sukacita sekaligus adalah damai Kristus yang mendamaikan suku-suku dan membuka tabir kegelapan di Tanah Papua. Karena itulah Gubernur Papua periode 2000-2005, DR. Drs. J.P. Solossa, M.Si menulis bahwa kedua rasul Papua, yaitu Ottow dan Geissler telah menjadi perintis dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Itulah sebabnya sejak 2004 yang lalu, atau empat tahun sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Pemerintah Papua telah mencanangkan Hari Pekabaran Injil sebagai hari libur resmi.
Pada perayaan HUT Pekabaran Injil tersebut juga dijadikan sebagai landasan pembangunan dalam segala bidang dengan moto “Pembangunan Papua Dimulai dari Mansinam” dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan semangat juang yang berasaskan spiritualitas dan pelayanan masyarakat yang menyeluruh.
Kini setelah Tanah Papua terbagi menjadi dua wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat, perayaan HUT Pekabaran Injil melalui moto tersebut kian mengemuka dalam program pemerintah di kedua provinsi tersebut (Papua dan Papua Barat).
Selasa, 26 Oktober 2020 adalah Hari Ulang Tahun ke-64 dari Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.
GKI di Tanah Papua adalah buah utama dari hasil persemaian dan pertumbuhan Injil Kristus di atas Tanah Papua selama satu abad, satu tahun (1855-1956). Dalam perjalanan penginjilan dengan membuka lapangan terbang dan pelabuhan laut, untuk menunjang misi Pekabaran Injil melalui pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar kala itu.
Injil diwartakan sesuai amanat Bukit Zaitun sebagaimana ditulis Injil Matius 28: 18-20, “Kepada Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Atas dasar perintah Bukti Zaitun itulah maka pada akhirnya pada tanggal 26 Oktober 1956 di gedung Gereja Kristen Injili (GKI) Harapan Abepura, secara resmi GKI berdiri sebagai sebuah organisasi modern pertama di Tanah Papua. Yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh pendeta orang asli Papua yaitu Pendeta Filep Jacob Spencer (F.J.S) Rumainum.
Sejak 26 Oktober 1956 hingga hari ini GKI telah menjadi Gereja Kristen terbesar di Tanah Papua. Bahkan seyogyanya GKI menjadi rujukan bagi pemerintah-pemerintah yang berkuasa di atas Tanah Papua dalam melakukan upaya “mengambil hati” orang Papua dari dulu.
Tidak heran, Pdt. Rumainum sempat duduk pula sebagai salah satu anggota Dewan Penyantun Universitas Cenderawasih (Uncen) yang didirikan sebagai lembaga resmi pemerintah Indonesia di Tanah Papua, yaitu Abepura pada 10 November 1962.
Menurut saya, GKI di Tanah Papua menjadi titik perhatian nasional dan internasional sepanjang berbicara mengenai tanah dan rakyat Papua.
Ke depan dalam usianya yang ke-64 tahun, GKI di Tanah Papua harus dapat mengimplementasikan isi syair lagu berjudul Siarkan ke Benua, Nyanyian Suara Gembira nomor 18, karya Domine Isaac Samuel Kijne yang berbunyi “Siarkan ke benua sedunia besar, ke kampungnya semua. T’rang Injil yang benar, T’rang Injil yang benar.” GKI di Tanah Papua mesti menjadi garam dan terang bagi tanah dan Orang Asli Papua.
Pedoman Perintah Bukit Zaitun masih relevan dan implementasinya dimulai dengan Pembangunan Tanah Papua dimulainya dari Pulau Mansinam. Karena dalam sejarahnya dahulu (1855), Ottow dan Geissler memasuki untuk menginjakkan kakinya di Pulau tersebut, bahkan untuk mempertahankan benih Injil tersebut, keduanya pernah bersama rakyat lokal (suku Doreri) berperang melawan kaum perompak (bajak laut) hingga ke luar Pulau Mansinam hanya dengan memakai perahu bercadik semata. Dirgahayu GKI Di Tanah Papua ke-64 (26 Oktober 1956-26 Oktober 2020). (*)
Penulis adalah Direktur LP3BH Papua di Manokwari, Papua Barat
Editor: Timoteus Marten