Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw mengatakan akan segera menerbitkan jilid kedua buku Kembali ke Kampung Adat. Hal itu dinyatakan Awoitauw di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (11/1/2021).
Awoitauw menyatakan saat ini tim buku Kembali ke Kampung Adat tengah mempersiapkan penerbitan jilid kedua buku itu. Awoitauw menginginkan jilid kedua buku itu memuat tanggapan yang disampaikan berbagai pihak dalam bedah buku Kembali ke Kampung Adat jilid pertama pada 5 Januari 2021 lalu.
“Dalam buku itu, yang disampaikan hanya hal dasar saja, kenapa harus kembali ke kampung adat. Sementara, implementasi [visi itu] di Kabupaten Jayapura belum sepenuhnya termuat dalam buku tersebut,” ujar Awoitauw.
Baca juga: Bupati Jayapura: Semua harus hidup tertib di daerah ini
Menurutnya, evaluasi tim buku itu menemukan beberapa hal penting yang dibahas, termasuk program pembangunan Pemerintah Kabupaten Jayapura yang berbasis kepada pemerintah distrik sebagai pusat pelayanan, pemetaan wilayah, serta sejumlah isu lain terkait percepatan pembangunan di Kabupaten Jayapura.
“Beberapa distrik yang menjadi proyek percontohan dalam program distrik sebagai pusat pelayanan publik diharapkan dapat menjadi catatan penting. [Catatan penting itu] dapat termuat juga dalam buku jilid kedua,” ungkapnya.
Selain menerbitkan buku Kembali ke Kampung Adat, pada 13 Maret mendatang Awoitauw akan menerbitkan buku tentang tata kerja Gugus Tugas Masyarakat Adat di Kabupaten Jayapura. Penerbitan buku itu sekaligus menjadi peringatan hari jadi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
“Ada 14 kampung adat yang tinggal menunggu nomor registrasi desa dari Kementerian Dalam Negeri. Kerja Tim Gugus Tugas dalam pemetaan wilayah adat kami dorong agar diselesaikan dengan cepat, sehingga implementasi dari yang dimaksudkan dalam buku itu dapat tercapai,” kata Awoitauw.
Baca juga: Pemkab Jayapura serahkan Bansos kepada masyarakat Dusun Awon
Ketua tim penulisan buku, James Modouw mengatakan hasil bedah buku 5 Januari lalu menunjukkan ada sejumlah informasi penting yang belum tertulis secara rinci, misalnya aspek kampung adat. Modouw juga mencontohkan informasi terkait eksistensi kaum perempuan Papua dalam lingkungan adat yang belum tampak dalam buku Kembali ke Kampung Adat jilid pertama.
“Misalnya [lagi], prinsip ekonomi tradisional dan ekonomi moderen, dua prinsip itu belum tergambarkan juga dalam buku ini. Sebab, dalam komunitas masyarakat adat, semua potensi sumber daya alam dikuasai oleh mereka,” katanya.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua itu menyebut buku Kembali ke Kampung Adat jilid pertama diterbitkan sebagai pengantar agar semua masyarakat dapat memahami dengan baik tentang fungsi kampung adat. “Jadi, buku jilid dua yang dipersiapkan ini kiranya akan lebih lengkap, [ada] semua informasi kampung adat itu sendiri,” pungkasnya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G