Akibat perambahan, 12 mata air yang dikelola PDAM memprihatinkan

Papua-Bak penampung air bersih di Abepura
Bak penampung air bersih (resevoir) yang dipergunakan untuk melayani pelanggan PDAM di daerah Abepura, Jayapura, Papua. - Jubi/ Theo Kelen

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga hutan mengakibatkan 12 titik mata air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM Jayapura, Papua kondisinya memprihatinkan. Salah satunya sumber air Anafre di kawasan Angkasa.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna, di Jayapura, Selasa (22/3/2022).

Read More

Menurut ia, akibat perambahan yang semakin meluas, debit air terancam turun drastis ketika musim kemarau. Bahkan lanjutnya, pada tahun 2020 lalu, debit air di sejumlah mata air pernah turun hingga 50 persen.

“Kondisi mata air memang saat ini memiliki ketergantungan terhadap curah hujan sehingga kelestarian hutan di sekitar mata air menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan pelayanan PDAM,” katanya.

Ia katakan, lima tahun lalu kondisi seperti ini belum terjadi. Namun saat ini sudah banyak aktifitas warga di sekitar kawasan mata air membuat keadaan kini berubah.

“Jelas ini menjadi keprihatinan kita bersama. Mudah-mudahan semua pihak bisa segera sadar. Bagaimanapun juga jangan pernah satu lembar pohon keluar dari pegunungan Cycloop. Kita harus wariskan kepada generasi mendatang sumber air yang baik,” ujarnya.

Baca juga: Peringati Hari Air Sedunia, PDAM ajak masyarakat jaga lingkungan dan hutan

Kurangnya pasokan air bersih di beberapa wilayah Kota Jayapura dibenarkan Ranto, penjual air tandon mobil. Dirinya mengaku, pesanan air setiap hari pasti ada, apalagi ketika musim kemarau.

“Paling banyak pesanan air datangnya dari daerah Angkasa, Pasir Dua, dan daerah Dok lainnya,” kata Ranto.

Untuk 1 tandon 1100 liter, ujar ia, dirinya menjualnya seharga Rp100 ribu, dan dalam sehari bisa melayani permintaan hingga puluhan rumah.

“Kalau air lagi susah kami kebanjiran orderan, terkadang sampai malam pun masih saja ada warga yang memesan,” tutupnya. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply