Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Olahraga layar termasuk olahraga mahal karena peralatannya bisa mencapai ratusan juta rupiah sehingga hampir sebagian besar peralatan atlet layar dan selancar Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi) Provinsi Papua hanya membeli peralatan bekas. Tak heran kalau ada kain layar perahu dipenuhi tambah sulam kain untuk menutupi bolong-bolong akibat tersobek terkena tiupan angin.
“Olaharaga layar ini sangat tergantung dari tiupan angin, kalau tidak ada angin berarti gak bisa bermain,” kata Ketua Harian Pengprov Porlasi Papua, Lektol Laut Joko Pambudi, dan official tim layar PON Papua 2020 kepada Jubi, Sabtu (24/2/2020).
Apalagi, lanjut dia, secara teknik laut dan tiupan angin di pantai Hamadi sudah memenuhi syarat untuk dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 nanti.
“Kebetulan technical delegate kita dulu sudah mensurvey lokasi ini untuk bertanding, apalagi Beliau yang mensurvei lokasi ini pernah tinggal di Hamadi sehingga mengetahui secara baik,” kata Joko, seraya menambahkan secara nasional lokasi ini sangat layak untuk dipertandingkan di sini untuk cabang olahraga layar dan selancar, hanya saja venue layar sendiri belum dibangun.
Saat ini, lanjut dia, ada sebanyak 17 nomor yang akan dipertandingkan dalam cabor layar tetapi mungkin akan dikurangi dua nomor sehingga hanya 15 nomor yang akan dilombakan dalam PON XX di Pantai Hamadi ini.
”Jadi diperkecil lagi sehingga hanya 15 nomor pertandingan cabor layar,” katanya seraya menambahkan ada sebanyak 19 provinsi di Indonesia yang akan ikut bagian dalam cabor layar.
Lebih lanjut Joko menambahkan dari cabor layar sendiri ada sebanyak delapan nomor kemudian untuk nomor selancar terdapat enam nomor sedangkan yang satu adalah marathon nomor 470.
Tim layar TC 2017
“Memang banyak kendala terutama alat yang terbatas dan barang bekas,” katanya menanggapi pertanyaan Jubi, seraya menambahkan kalau atlet tim layar banyak dan tim mulai melakukan training center sejak 2017 lalu.
Dia menambahkan saat pelatihan ini sudah mendapat perhatian dari KONI Papua mulai dari penginapan dan pendanaan.
“Olahraga ini mahal tetapi kita harus maksimalkan potensi yang ada,” katanya.
Kendala utama, lanjut dia, mulai sejak terbentuk olahraga layar, harus punya perahu layar dan selancar layar tetapi sekarang sudah lumayan bagus.
“Walau pun alatnya memang barang bekas,” katanya seraya menambahkan dari pihak KONI Papua juga diberikan uang pembinaan dan kemudian membelanjakan barang-barang second alias peralatan bekas.
“Yang penting barang barang bekas ini bisa kita pakai untuk latihan,” katanya seraya menambahkan belum pernah membeli peralatan yang baru.
Beruntung dengan peralatan bekas, lanjut dia, anak-anak bisa mampu bersaing dengan tim-tim lainnya dalam kejuaraan.
”Kalau di nasional itu persaingan sangat ketat melawan Provinsi Kepulauan Riau, Kaltim, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Tim layar Papua dalam PON XX nanti targetnya harus meraih medali emas,” katanya.
Dia menambahkan minimal harus mendapatkan dua medali emas karena pelatih sudah tahu kemampuan para atlet layar Papua.
”Syukur kalau lebih dari dua medali emas,” katanya serius.
Penampilan terakhir tim layar Papua dalam kompetisi di Batam, kata dia, dalam kompetisi itu ada pula tim dari Selangor Malaysia.
“Saat itu tim Papua mendapat satu medali emas, dua perak dan satu perunggu,” katanya dalam try out di Batam pada Januari 2020 lalu. Kompetisi itu, kata dia, level nasional dan tingkat festival perahu regatta di Batam.
Hal senada juga dikatakan pelatih layar, Ferdinandus, bahwa tim layar Papua akan menargetkan dua medali emas dan kalau melampaui target itu jauh lebih bagus.
“Anak-anak kami mampu bersaing dan bertanding di level nasional,” katanya yakin.
Venue perahu layar
Venue layar sendiri sampai saat ini belum dibangun, padahal potensi pantai Hamadi dapat dikembangkan menjadi pesona wisata. Apalagi tak jauh dari venue perahu layar terdapat pesona Kampung Nelayan Hamadi sehingga mampu menarik para turis. Mulai dari sejarah Perang Dunia II karena terdapat empat buah tank sisa perang tepat di bibir pantai Hamadi.
Hanya saja saat Jubi berkunjung, Sabtu (24/2/2020), masih bertebaran sampah plastik dan lainnya di pasir pantai Hamadi.
Wali Kota Jayapura, Benhur Tommy Mano, pada Sabtu (24/2/2020) hadir di Kampung Nelayan Hamadi untuk membuka Festival Kampung Nelayan, yang menjual produk nelayan dan juga atrasksi budaya serta kesenian.
Sayangnya venue belum ada sehingga perahu layar hanya dibentangkan di atas pasir, mestinya Hamadi Resort untuk sebagai point bersandarnya perahu layar maupun selancar layar. (*)
Editor: Dewi Wulandari