Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Menteri Lingkungan Hidup Brasil, Ricardo Salles, memutuskan mundur berkaitan dengan dugaan keterlibatannya dalam kasus pembalakan liar di hutan Amazon. Keputusan mundur itu disampaikan pada Rabu, (23/6/2021).
Tercatat Mahkamah Agung Brasil mengizinkan aparat mulai meinginvestigasi Salles dan pejabat-pejabatnya terkait izin pembalakan liar di hutan Amazon serta mencoba menghalangi investigasi.
“Saya tahu Brasil sepanjang tahun ini dan tahun depan harus solid dalam mewujudkan agenda nasional. Oleh karenanya, agar hal itu bisa dijalankan sebaik mungkin, saya memutuskan untuk mengundurkan diri,” kata Salles dalam pernytaan ikrar mundur.
Di luar perannya dalam kasus pembalakan liar, Salles merupakan negosiator Brasil untuk berbagai isu. Salah satunya adalah soal pendanaan Amerika untuk budidaya hutan Amazon. Sejak Jair Bolsonaro menjadi Presiden Brasil, deforestasi di Amazon semakin gencar dan dianggap mengancam keberadaan salah satu hutan terbesar di dunia itu.
Sementara itu di mata aktivis lingkungkan hidup, Salles dianggap menteri yang tidak perhatian terhadap isu alam. Beberapa waktu lalu, ia dikritik karena ketahuan meminta deregulasi lingkungan hidup didorong saat perhatian penduduk tengah teralihkan ke isu Covid-19.
Baca juga : Presiden Brazil terpukul ketika salah satu menterinya mundur
Bebas dari dakwaan korupsi, Mantan Presiden Brasil ini berpeluang mencalonkan kembali
Presiden Brazil abaikan nasehat kalangan medis
Laporan Reuters Salles akan digantikan oleh Joaquim Alvaro Pereira Leite. Ia adalah anggota dewan pengurus Organisasi Wilayah Pedalaman Brasil, lobyist untuk isu peternakan dan pertanian, serta mantan Wakil Menteri Lingkungan Hidup.
Namun aktivis lingkungan tak yakin soal pemilihan Leite sebagai pengganti Salles. Mereka menganggap Leite tidak akan membawa perubahan besar dan akan berakhir seperti Salles, menjadi orang suruhan Bolsonaro.
“Siapapun yang duduk di kursi menteri akan tunduk terhadap Bolsonaro dan mendukung kebijakan pengrusakan lingkungan hidup di Brasil, sama seperti Salles,” ujar Ketua Climate Observatory, Marcio Astrini. (*)
Editor : Edi Faisol