Papua No. 1 News Portal | Jub
Oleh: John N.R. Gobai
Sedih ketika saya lewat di Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura. Ketika teringat saat SMA dulu biasa pergi ke sana untuk menonton expo dan hari Minggu bisa jalan-jalan di sana. Sekarang kondisi kawasan ini sudah tidak terurus dengan baik.
Lalu apakah kita harus diam dan tidak mencari jawaban atas masalah ini? Tentu tidak. Kita harus berpikir untuk merawat budaya Papua.
Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) merupakan dua dari 34 provinsi di Indonesia yang memiliki aneka ragam budayanya. Salah satu unsur kebudayaannya adalah kesenian yang terdapat di dalam masyarakatnya.
Ada banyak kesenian yang ada di masyarakat adat Papua, seperti seni tari, seni musik, drama, seni lukis, dan lain sebagainya. Tentunya kesenian tersebut mengandung unsur-unsur atau ciri khas dari kebudayaan suku-suku di Papua itu sendiri.
Jika dilihat lebih jauh kondisi kehidupan musik tradisional tersebut sangat bervariasi satu sama lain. Ada yang berkembang di tengah masyarakat pendukung seni tersebut, ada juga di luar masyarakat pendukungnya, ada yang mendekati kemunduran, bahkan mendekati kepunahan.
Maka daripada itu diperlukan usaha pelestarian dan pengembangannya, sehingga kesenian tradisional tidak hilang ditelan waktu.
Pengembangan kesenian tradisional cenderung mengarah kepada perubahan peradaban yang terjadi dari masa ke masa, dengan banyaknya pengaruh dari budaya dan kesenian budaya dari luar Papua, bahkan di luar Indonesia itu sendiri.
Hal ini menyebabkan berkurangnya minat masyarakat terhadap kesenian tradisional masyarakat adat itu sendiri hingga akhirnya menyebabkan lunturnya nilai-nilai dan memudarnya kesenian tradisional itu sendiri, bahkan mendekati kepunahan. Maka dari hal itu, perlu sebuah lembaga atau tempat yang (petugasnya) konsisten dan peduli terhadap hal ini.
Lembaga yang menangani masalah ini adalah (balai) taman budaya, yang senantiasa melakukan pengembangan dan pelestarian kesenian tradisional Papua, dan tempatnya adalah lahan bekas Expo-Waena.
Hal ini terbukti dengan eksistensi Taman Budaya Papua harus difungsikan dalam pengembangan dan pelestarian kesenian dan kebudayaan tradisional masyarakat adat Papua. Dengan adanya pengembangan dan pelestarian yang dilakukan (balai atau dinas) taman budaya, kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat adat Papua tidak mengalami kemunduran ataupun mendekati kepunahan.
Berikut adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh taman budaya dalam rangka mengembangkan sekaligus melestarikan kesenian-kesenian tradisional masyarakat adat Papua itu sendiri
Pertama, mengadakan pembinaan dan pelatihan seni budaya. Taman budaya sebagai tempat pelestarian seni dan budaya selalu melakukan pembinaan terhadap para pelaku seni. Salah satu cara yang mereka lakukan untuk pembinaan itu adalah mengadakan pelatihan-pelatihan seni untuk para pecinta dan pelaku seni daerah, seperti seni tari, musik, lukis dan lain sebagainya.
Pelatihan-pelatihan itu selalu dilakukan secara berkelanjutan. Setiap hari harus ada kegiatan-kegiatan pelatihan di taman budaya ini. Setiap bidang seni yang terdapat di taman budaya ini, ada yang melakukan latihan satu kali dalam seminggu dan ada juga yang latihan setiap harinya. Pelatihan-pelatihan yang sering dilakukan adalah seni tari, suara, lemon nipis, kaido, yosim, serta seni musik tradisional;
Kedua, mengadakan kompetisi-kompetisi kesenian. Kompetisi-kompetisi kesenian dapat memacu semangat dan kreativitas dari peserta kompetisi terhadap kesenian tradisional masyarakat Tanah Papua.
Kompetisi-kompetisi yang diadakan adalah kompetisi melukis, kompetisi memainkan alat musik, kompetisi menari, dan kompetisi drama;
Ketiga, mengadakan pameran dan pagelaran seni. Taman budaya sebagai wadah pelestarian seni dan budaya Papua harus dapat mengadakan pameran dan pergelaran seni yang diperuntukan bagi para wisatawan dan masyarakat lokal, yang terdapat di wilayah sekitar taman budaya.
Pameran-pameran yang sebagian besar menampilkan hasil karya dari masyarakat adat Papua berupa seni lukis dan aneka seni rupa lainnya yang tidak kalah menarik dari karya-karya masyarakat di luar Papua sendiri.
Salah satu masalah yang ada adalah adanya penghuni di Taman Budaya Expo. Masalah ini harus bisa dipecahkan.
Saya melihat mereka yang menghuni sekitar taman budaya Expo-Waena adalah saudara kita. Mereka juga membutuhkan hiburan, mereka juga ingin adat dan budaya Papua tetap lestari.
Karena itu, perlu adanya langkah sosialisasi kepada mereka dan Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat harus merelokasi mereka, agar mereka tetap mendapat tempat tinggal.
Masalah lain adalah kepemilikan tanah. Salah satu masalah juga mungkin adalah tanah adat. Hal ini menurut saya dapat dibicarakan dengan para ondoafi.
Para ondoafi sebagai pemimpin adat, saya berkeyakinan bahwa mereka punya keinginan agar adat tetap terjaga kelestariannya, sehingga dapat dibicarakan (di para-para adat) termasuk kompensasinya.
Akhirnya, Taman Budaya Papua di Expo-Waena akan menjadi kampung seni, ikon wisata, dan museum noken menjadi museum budaya, serta tempat pentas budaya. (*)
Penulis adalah mantan anggota DPR Papua
Editor: Timo Marten