Mama-mama penjual suvenir raup untung hingga puluhan juta di PON XX Papua

papua
Suvenir gantungan kunci yang dijual Teresa Ohee pada kegiatan PON XX lalu. -Jubi/Theo Kelen.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang telah berakhir pada 15 Oktober 2021 memberikan pemasukan ekonomi yang sangat menguntungkan sejumlah pelaku UMKM, khususnya orang asli Papua. Kegiatan olahraga empat tahunan nasional tersebut juga mendongkrak perekonomian mereka.

Read More

Setidaknya itulah yang dirasakan Teresa Ohee, perempuan 37 tahun asal Kampung Asei Besar yang meraup keuntungan hingga puluhan juta. Bahkan telah melampui keuntungan yang ditargetkan Ohee dari awal sebesar Rp20 juta.

“Bersihnya Rp60 juta lebih saya dapat. Sangat mendongkrak sekali perekonomian kita,” kata Ohee kepada Jubi saat ditemui di halaman Kantor Otonom, Kotaraja, pada Jumat, 22 Oktober 2021.

Ohee merupakan perajin kulit kayu yang telah menekuni usahanya sejak 2019. Alasan utamanya menjadi perajin kulit kayu untuk menjaga dan melestarikan budaya peninggalan leluhur.

Pada PON XX Papua lalu suvenir yang disiapkan Ohee berbahan kulit kayu di antaranya hiasan dinding, noken, topi, dan tas ponsel. Akan tetapi gantungan kunci kulit kayulah yang paling diminati pembeli.

BACA JUGA: Mama-mama dari Asmat berjualan souvenir rajutan di arena Peparnas

“Yang paling laku gantungan kunci dari kulit kayu. Itu buatan sendiri ada 11.500 gantungan kunci yang dijual selama PON XX,” ujarnya.

Selain secara pribadi mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan suvenir, Ohee juga bersama kelompoknya UMKM “Fansowayi” memperoleh pendapatan yang lebih besar hingga ratusan juta.

“Pendapatan Rp165 juta selama PON dari hasil jualan hiasan dinding, topi dari kulit kayu, dan tas HP dari kulit kayu, noken dan gantungan kunci,” katanya.

Ke depan Ohee berharap bisa dilibatkan di setiap kegiatan, baik sekadar ikut pameran maupun kegiatan nasional seperti PON XX dan Peparnas XVI Papua yang akan berlangsung 2-15 November 2021.

“Saya punya galeri, harapan saya bisa dilibatkan dalam kegiatan Peparnas XVI Papua,” ujarnya.

Dengan dilibatkan, kata Ohee, para pelaku UMKM Orang Asli Papua bisa menunjukkan keunikan buah tangan yang dijual di Papua dan tak kalah jauh dengan suvenir dil uar Papua.

“Ini sangat membantu kita karena kita bisa pasarkan produk kita dan juga bisa tunjukkan bahwa kita bisa untuk menyiapkan oleh-oleh untuk orang luar,” ujarnya.

Berbeda dari Mama Ohee, pelaku UMKM lainnya, Herlina Rumkorem mengatakan pemasukan yang diperolehnya dari berjualan di PON XX tidak terlalu besar, hanya Rp4 juta.

“Biasanya kami dapat lebih bisa sampai Rp20 juta. Kalau mau dibilang penghasilan dengan jualan sehari-hari lebih baik ketimbang jualan di venue PON XX lalu ,” katanya.

Keuntungan yang diperolehnya kecil lantaran selama PON XX Rumkorem ditempatkan di venue Bulu Tangkis GOR Waringin yang memang sepi pengunjung.

“Mereka (panitia-red) salah tempatkan kami, karena kita tidak menemui langsung yang bertanding dan stan yang tidak strategis,” ujarnya.

Rumkorem memiliki usaha yang dikenal dengan UMKM ‘Inokinson Awin” yang berlokasi di  Abepura, Kota Jayapura. Ia telah mempersiapkan beragam suvenir untuk ditawarkan kepada wisatawan maupun atlet Peparnas XVI Papua.

“Ada noken, gelang, gantungan kunci. dan tas dari kulit kayu,” katanya.

Untuk itu di Peparnas XVI Papua Rumkorem berharap dilibatkan sehingga dengan begitu dapat memasarkan beragam suvenir kerajinan dan memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi  daripada saat PON XX.

“Di Peparnas XVI Papua ini kita harap bisa mendongkrak perekonomian kita, di peparnas XVI rencananya kita disatukan dengan stan kreatif lain, jadi satu, tapi kalau bisa lokasinya yang strategis,” ujarnya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply