Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Waktu menunjukkan pukul 9 malam pada Jumat 22 Oktober 2021 di Jayapura, Papua ketika sekelompok mama-mama tampak memasukkan kembali suvenir jualan ke dalam tas mereka.
Mereka hendak pulang sebab pembeli sudah semakin sepi dan acara Semarak Peparnas XVI Papua yang di gelar di halaman Kantor Otonom, Kotaraja, Jayapura itu akan berakhir pada pukul 10 malam.
Mereka adalah mama-mama dari Asmat yang datang ke Jayapura dengan tujuan bisa berpartisipasi dengan menjual suvenir di kegiatan Peparnas XVI Papua.
“Kami dari Asmat, semuanya ada 23 orang,” kata Kletus Yurum, ketua kelompok.
Yurum mengatakan suvenir-suvenir rajutan tangan itu telah dipersiapkan sejak 2020. Mereka awalnya hendak berjualan pada kegiatan PON XX, namun terkendala anggaran sehingga baru bisa ke Jayapura pada 15 Oktober 2021.
“Datang ke sini kita pantungan biaya sendiri, ada yang baru terima dana BLT dipakailah uang itu untuk bayar transportasi ke sini,” ujarnya.
BACA JUGA: Berjualan di bawah rindang pohon mangga, Mama Salomina turut nikmati dampak PON XX
Yurum mengatakan sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk meminta bantuan, hanya saja tak ada tanggapan. Selama di Jayapura mereka tinggal di kontrakan di Polimak, Jayapura.
“Kita kontrak dua bulan bayar Rp2 juta. Tinggal di situ sambil tunggu informasi dari panitia dong selanjutnya nanti akan jualan di venue mana,” katanya.
Salah satu mama, Genoveva Seibab mengatakan telah membuat suvenir sejak 2020. Ia memang secara khusus mempersiapkannya untuk dijual pada kegiatan olahraga empat tahunan itu.
“Mau jualan saat PON XX tapi kita terlambat datang. Kita tiba di sini pas acara penutupan,” ujarnya.
Seibab mengatakan ada ratusan suvenir rajutan tangan yang mereka bahwa dari Asmat. Ia sendiri membawa 33 tas ukuran kecil dan besar. Tas-tas itu ia jual seharga Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
“Saya punya sudah ada beberapa yang beli tas yang harga Rp500 ribuan,” katanya.
Ia berharap panitia bisa mengakomodir mereka berjualan selama berlangsungnya Peparnas XVI Papua. Kali ini Peparnas XVI akan diikuti 2.725 atlet dan ofisial penyandang disabilitas dari 34 provinsi di Indonesia.
“Semoga bisa terjual habis kita punya suvenir ini,” ujarnya.
Mama lainnya, Klaudia Cende mengatakan datang dari Asmat sejak 15 Oktober 2021. Ia juga datang bersama 22 temannya untuk berjualan souvenir pada kegiatan Peparnas XVI Papua.
“Kita mau jualan di PON XX, tapi kegiatannya kan sudah selesai. Jadi kami jualan di kegiatan Peparnas XVI saja,” katanya.
Selain tas dari kulit kayu yang secara khusus dipersiapkan mama-mama, ada juga gelang, kalung, celana khusus tarian yang terbuat dari kulit kayu. Harganya pun bervariasi dari Rp500 ribu hingga Rp5 juta. Bahkan ada satu suvenir pesawat dari kulit kayu yang dijual hingga Rp50 juta.
“Kita berharap semuanya bisa terjual habis,” ujarnya.
Selain pelaku UMKM dari Asmat yang menjual beragam suvenir nanti selama perhelatan Peparnas XVI Papua, ada pula pelaku UMKM dari Kota Jayapura yang secara khusus mempersiapkan kuliner lokal untuk dijual.
Salah satunya pelaku UMKM dari Jayapura, Elisabet Meike, perempuan 42 tahun. Ia mengatakan kelompoknya menjual kuliner, yakni Papeda bungkus, ikan mujair goreng dan tumis pepaya campur petatas dengan harga Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.
“Pemasukan sudah sekitar Rp1,2 juta,” katanya saat ditemui Jubi di halaman Kantor Otonom, Kotaraja, pada Jumat, 22 Oktober 2021.
Ia dan tujuh anggota membentuk kelompok UMKM yang diberi nama “Walihena” pada 2010. Kelompok mereka direkrut dan dibina Disperindagkop Kota Jayapura sejak 2018.
Kelompok itu terbentuk atas keinginan bersama untuk membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kuliner. Menurut mereka berjualan kuliner lokal lebih diminati masyarakat.
“Makanan lebih suka digemari orang, peluang itu yang kami ambil,” ujarnya. (*)
Editor: Syofiardi