Papua No.1 News Portal
Sentani Jubi – Mama-mama pedagang “tiba berangkat” yang biasanya berjualan di Pasar Pharaa, Sentani, Kabupaten Jayapura, akhir- akhir ini mengeluhkan sepinya pembeli.
Itu terjadi sejak mereka ditertibkan. Sebelumnya mereka berjualan di bahu gedung F pasar Pharaa. Kini mereka dipindahkan di areal parkiran. Tapi di tempat yang sama, para pedagang permanen yang sebelumnya berjualan di dalam pasar, ikut berjualan juga di sana.
Pedagang “tiba berangkat” adalah sebutan lazim pada warga yang menjual hasil bumi dari kebun mereka ke pasar. Bukan seperti pedagang permanen yang memiliki tempat atau los di pasar, mereka yang umumnya mama-mama itu biasanya berjualan di emperan.
Mama Helena, pedagang tiba berangkat yang berjualan sayur dan bumbu dapur mengatakan, semenjak dia berjualan di lahan parkiran, pendapatannya berkurang.
Sebelumnya dalam sehari, dia bisa membawa pulang 500 ribu rupiah. Tapi kini hanya sekitar 200-300 ribu saja. Itu karena sebagian pembeli lebih memilih belanja di los E.
“Seharusnya itu hanya mama-mama tiba berangkat yang jualan di depan areal parkiran ini, ” katanya kepada Jubi di Sentani, Rabu (1/7/2020)
“Kasihan (kami) bawa jualan tapi ada yang tidak laku, pedagang tetap bawa keluar jualan mereka dan ambil tempat ini, jadi kami jadi korban,”.
Dia berharap para pedagang permanen segera ditertibkan oleh pengelola pasar.
Dia juga berharap, dinas perindustrian dan perdagangan setempat, dapat memberikan sejulmah fasilitas. Seperti payung tempat berteduh. Selama ini mama mama penjual “tiba berangkat” menjajakan dagangannya dibawah terik sinar matahari. Akibatnya, dagangan mereka lebih cepat layu.
Mama Waromi, pedagang tiba berangkat lainnya, sejak dipidanhkan, pinang dan sirih yang dijualnya susah lakunya.
“Jualan di panas (sinar matahari) cuman dapat sedikit,kalau tempat sebelumnya yang teduh jualan masi kelihatan segar,” ucapnya
Waromi berharap agar ada tempat yang baik buat penjual tiba berangkat.”Biar kami bisa berjualan dengan baik untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga,” ucapnya.(*)
Editor: Syam Terrajana