Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ratusan Mahasiswa Papua dan pro demokrasi yang tergabung dalam Aksi Solidaritas Pro Demokrasi & Mahasiswa Puncak Se-Jawa & Bali menggelar aksi damai di Jakarta. Mereka memikul peti mayat bertuliskan “Rest In Peace (RIP) Makilon Tabuni” dari asrama mahasiswa Puncak menuju Istana Presiden RI.
Makilon Tabuni adalah salah seorang anak yang dianiaya aparat hingga meninggal dunia. Enam anak lainnya yang turut disiksa yakni Deson Murib, Pingki Wanimbo, Waiten Murib, Aton Murib, Elison Murib, dan Murtal Kulua, Mereka ditangkap pada 22 Februari 2022 Pukul 10:00 WIB malam.
Penganiayaan tujuh anak di Sinak itu bermula dari kasus pencurian senjata jenis SS2 prajurit Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha, Prada Kristian Sandi Alviando pada 22 Februari 2022.
Saat itu, aparat keamanan menangkap tujuh anak, menganiaya mereka, termasuk Makilon Tabuni. Makilon Tabuni kemudian meninggal dunia, dan jenazahnya telah diperabukan di Sinak pada 24 Februari 2022.
Aksi protes mahasiswa juga membentangkan spanduk bertuliskan “Presiden Joko Widodo segera tarik militer organik dan non organik dari Kabupaten Puncak”. Selain itu juga ada berbagai pamflet tentang korban penyiksaan aparat di Sinak, Puncak Papua.
Koordinator Lapangan Aksi Solidaritas Pro Demokrasi & Mahasiswa Puncak Se-Jawa & Bali Yowu Murib Penatan Wanimbo mengatakan, aksi damai tersebut digelar dengan memboyong tema “RIP HAM Indonesia”.
“Titik kumpul masa aksi di asrama Mahasiswa IPMAP Jakarta Jalan Mohamad Kaffi 1 Ciganjur Jakarta Selatan menuju Istana Merdeka-Mabes TNI AD, KPAI dan Komnas HAM,” katanya.
Murib mengatakan, aksi damai itu digelar untuk menyikapi situasi terkini di Tanah Papua tetapi lebih spesifik Kabupaten Puncak yang menewaskan warga sipil.
“Masyarakat yang berada di Kabupaten Puncak hari ini mengalami nasib yang tidak stabil akibat kontak tembak dari TNI/POLRI dan TPNPB, yang berimbas pada warga sipil. Mendorong kami mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi terkait rentetan kekerasan,,” katanya Murib kepada Jubi, melalui pesan WhatsApp, Senin,(7/3/2022).
Murib mengatakan, aksi long march tersebut dihadang aparat keamanan TNI/POLRI di depan Istana Presiden.
“Kami tadi baru tiba Istana Merdeka langsung dihalang. Tapi kami masih melakukan negosiasi dengan TNI/POLRI di depan Istana Presiden Republik Indonesia,” katanya.
Salah seorang peserta aksi, Penatan Wanimbo melaporkan aksi demonstrasi berjalan lancar tanpa kendala. “Kami hanya sempat beradu mulut dengan aparat. hanya saja berjalan aman,” katanya.
Penanggung Jawab aksi Ketua Badan Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (BPP IPMAP Se-Jawa Dan Bali) Kelanus Kulua mengatakan, dari kota studi Jakarta, pihaknya kerap mendapatkan infomasi di lapangan bahwa keberadaan aparat keamanan u meresahkan masyarakat sipil.
Pihaknya juga meminta Bupati Puncak (Willem Wandik ) segera mencabut dan tarik surat izin operasi Militer di Kabupaten Puncak selama 30 hari. “Pemerintah Kab.Puncak Papua bertanggung jawab penuh atas penelantaran siswa/siswi akibat operasi militer di wilayah Kabupaten Puncak,” katanya.
Pihaknya juga menyerukan stop menggunakan fasilitas pendidikan di Papua sebagai penampungan basis aparat militer.
“Kami menolak tim investigasi bentukan aparat TNI dan mendesak pemerintahan Jokowi untuk membentuk tim investigasi independen,”katanya.
Pihaknya juga menyerukan buka akses jurnalis asing dan nasional untuk meliput konflik di Papua (Khususnya Di Kaputen Puncak Papua).
Editor: Syam Terrajana