Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Keindahan Teluk Youtefa semakin hari terkikis akibat pembangunan di sekitar kawasan tersebut. Mulai dari penimbunan hingga pembangunan venue dayung di sekitar hutan bakau yang dikenal sebagai Hutan Perempuan.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Papua, Edward Sembiring saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon pada Sabtu (28/8/2021) mengakui kalau lintasan lomba arena dayung Pekan Olahraga Nasional atau PON XX Papua berada terlalu dengan terumbu karang Teluk Youtefa. Menurutnya, terumbu karang di sana akan aman jika lomba digelar saat laut pasang.
“Kami sudah mengukur terutama saat air turun. [Saat air surut] perlu manajemen kehati-hatian dalam perlombaan nanti. Berbeda kalau air pasang, tak masalah, karena masih tinggi sehingga lomba bisa berlangsung aman,” kata Sembiring.
Baca juga: Venue paralayang PON di Bukit Kampung Buton aman dan indah
Arena dayung PON XX Papua itu dirancang untuk memiliki sembilan pos pemantauan lomba yang masing-masing dilengkapi ponton. Akan tetapi, dari sembilan ponton yang telah disiapkan, hanya tujuh ponton yang bisa dipasang di pos pemantauan lomba, demi memastikan terumbu karang tidak hancur dihantam ponton pada saat air surut.
Hal senada juga dikatakan pihak kontraktor teknik di venue dayung PON XX Papua, Reza Hilman. Menurutnya, pembuatan lintasan dayung sepanjang 2.000 meter sudah selesai, dan tinggal memasang ponton di setiap pos pemantauan lomba.
“Kami sudah menyiapkan sembilan ponton, tetapi pihak BKSDA Papua meminta kami hanya memasang tujuh ponton saja, karena ada terumbu karang yang harus dilindungi,”kata Reza saat ditemui pada Jumat (27/8/2021).
Reza menjelaskan pembangunan venue dayung PON itu sudah selesai, dan pihdaknya tinggal membersihkan puing sisa bangunan. Dia menambahkan Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano juga sudah memberikan saran agar warga setempat melepaskan tuntutan ganti rugi atas pembangunan arena dayung PON itu, karena arena itu dibangun di bekas laut dan hutan bakau yang ditimbun.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G