Landasan pacu Bandara Ilaga akan diperpanjang

Ilustrasi, aktivitas di Bandara Aminggaru Ilaga Kabupaten Puncak – Jubi/majalahbandara.com
Ilustrasi, aktivitas di Bandara Aminggaru Ilaga Kabupaten Puncak – Jubi/majalahbandara.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Timika, Jubi – Pemerintah Kabupaten Puncak, Provinsi Papua mendukung penuh pengembangan dan perpanjangan landas pacu Bandara Aminggaru Ilaga agar dapat didarati oleh pesawat berbadan lebar jenis ATR.

Read More

Bupati Puncak, Willem Wandik, di Timika, Senin (27/1/2020), mengatakan pekerjaan perluasan dan perpanjangan landas pacu Bandara Aminggaru Ilaga terus dikebut dan sejauh progresnya berjalan bagus.

Pekerjaan perluasan dan perpanjangan landas pacu Bandara Aminggaru Ilaga itu ditangani oleh Kementerian Perhubungan, sementara Pemkab Puncak mengurus pembebasan lahan dan pembuatan akses jalan masuk menuju terminal Bandara Ilaga.

“Progresnya luar biasa, itu berjalan terus hingga sekarang. Mudah-mudahan pada 2022 sudah bisa beroperasi penuh. Diharapkan nantinya pesawat sejenis ATR bisa masuk di Ilaga dan Sinak,” kata Willem.

Willem mengapresiasi dukungan penuh dari Pemerintah Pusat untuk pembangunan berbagai infrastruktur di Kabupaten Puncak, mengingat untuk membangun di daerah yang terletak di kawasan pegunungan tengah Papua dengan kondisi geografis dan topografis yang sulit itu membutuhkan ongkos yang sangat mahal.

“Kami sangat berterima kasih atas perhatian Presiden Joko Widodo yang terus memberikan perhatian untuk pembangunan Kabupaten Puncak yang lebih baik. Tanpa dukungan penuh dari Pemerintah Pusat, kami sulit untuk membangun di sana karena ongkos sangat mahal, semua barang kebutuhan pokok dan material bangunan diangkut ke Ilaga dengan pesawat terbang,” jelas Willem.

Hingga kini landas pacu Bandara Aminggaru Ilaga hanya berukuran panjang 600 meter dan lebar 23 meter, hanya bisa didarati pesawat jenis caravan dan twin otter dengan kapasitas penumpang dan kargo barang yang sangat terbatas.

Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara/UPBU Ilaga, Herman Sujito, beberapa waktu lalu mengatakan jajarannya masih fokus menyiapkan lahan untuk perpanjangan landas pacu Bandara Ilaga, sebab di ujung bandara itu terdapat jurang sehingga harus dilakukan penimbunan.

“Perpanjangan landasan Bandara Ilaga untuk tujuan meningkatkan faktor keselamatan penerbangan mengingat selama ini sering terjadi kecelakaan pesawat di Bandara Ilaga karena landasannya pendek,” jelas Herman.

Ia mengatakan pada 2018 telah dilakukan pelebaran landasan Bandara Ilaga dari semula 18 meter menjadi 23 meter.

Selain itu juga dilakukan perluasan tempat parkir pesawat (apron) menjadi 60 meter x 80 meter sehingga tadinya hanya bisa menampung empat pesawat berbadan kecil sekarang sudah bisa menampung hingga tujuh pesawat berbadan kecil.

Herman mengatakan landasan Bandara Ilaga nantinya akan diperpanjang hingga 750 meter dan seterusnya akan diperpanjang lagi hingga 1.000 meter agar nantinya bisa didarati pesawat berbadan lebar jenis ATR.

“Sesuai master plan Bandara Ilaga nantinya bisa didarati pesawat jenis ATR. Kalau sekarang hanya bisa didarati pesawat jenis Pilatus Porter, Grand Caravan, dan Twin Otter,” ujarnya.

Menurut dia, tidak ada perubahan arah landas pacu terkait pengerjaan penimbunan di ujung Bandara Ilaga itu.

Akses masuk menuju Bandara Ilaga nantinya akan diubah, yang semula dari sisi kiri landasan kemudian nantinya akan diubah ke sisi kanan.

“Pembangunan dari sisi udara semuanya didanai dari sumber APBN melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub. Sementara pembangunan akses darat dikerjakan oleh Pemkab Puncak,” ujarnya.

Saat ini pergerakan pesawat yang turun dan terbang dari dan menuju Bandara Aminggaru Ilaga setiap harinya rata-rata sekitar 50 kali dimulai pukul 07.00 WIT hingga pukul 12.00 WIT.

Penerbangan menuju Ilaga, kota yang terletak di kawasan pegunungan Papua itu terbanyak dilakukan dari Timika untuk kepentingan pelayanan kargo penumpang dan kargo barang.

Selain itu juga ada penerbangan dari Sinak dan Nabire serta penerbangan subsidi perintis dari Wamena sebanyak tiga kali sepekan. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply