Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Produsen baja raksasa Korea Selatan POSCO sedang pertimbangkan mengakhiri kerja sama joint venture dengan perusahaan yang dikendalikan oleh junta militer di Myanmar. Informasi itu disampaikan oleh dua orang sumber yang mengetahui langsung rencana tersebut kepada Reuters yang dipublikasikan pada senin, (5/4/2021) kemarin.
Sumber itu itu menyebutkan induk perusahaan POSCO C&C sedang mempertimbangkan untuk menjual 70 persen sahamnya dalam usaha gabungan dengan Myanmar Economic Holdings Ltd (MEHL), atau membeli saham mitranya. Sedangkan nilai kepemilikan 30 persen belum jelas angkanya.
Baca juga : Kudeta militer Myanmar, Amerika Serikat dan Inggris keluarkan sanksi
Amerika sanksi anak panglima militer Myanmar Min Aung Hlaing
AS bekukan uang yang hendak masuk ke bank sentral Myanmar
Rencana itu muncul dalam diskusi internal saat pengawasan meningkat dari pemegang saham dan aktivis hak asasi manusia atas bisnis internasional yang masih mengoperasikan kemitraan di Myanmar. Perusahaan dari Woodside Petroleum Australia dan perusahaan bir Jepang Kirin Holdings termasuk di antara mereka yang telah menarik diri.
MEHL adalah salah satu entitas militer Myanmar yang baru-baru ini mendapat sanksi dari Amerika Serikat dan Inggris. POSCO C&C telah berulang kali mengatakan belum membayar dividen kepada MEHL sejak krisis Rohingya 2017 menuai kritik internasional terhadap militer Myanmar.
Namun sejumlah orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan POSCO waspada terhadap keluarnya baja secara tiba-tiba karena berpotensi membahayakan ratusan juta dolar yang diperoleh dari proyek gas yang lebih menguntungkan, yang dioperasikan bersama dengan perusahaan negara Myanmar lainnya oleh afiliasi, Posco International.
“Kami tidak ingin menjalankan bisnis seperti yang kami lakukan sekarang, dan kami sedang meninjau restrukturisasi operasi kami di Myanmar,” kata salah satu dari dua sumber yang mengetahui diskusi tersebut.
Sumber yang menolak diidentifikasi dengan alasan kebijakan internal perusahaan itu mengatakan
Tak terburu-buru untuk membuat keputusan apa pun, “Tetapi dua opsi yang berpotensi terjadi termasuk menjual saham kami atau membeli saham (MEHL) mereka,” kata sumber itu.
POSCO C&C sebelumnya mengatakan bisnisnya tidak akan terkena sanksi, dan hanya akan mengambil tindakan jika menemukan bahwa MEHL terlibat langsung dalam kudeta militer. Namun MEHL tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Tercatat Keuntungan yang dihasilkan POSCO dari bisnis baja Myanmar, sekitar 2 miliar won atau Rp 25,7 miliar pada tahun lalu. Nilai itu dilampaui oleh pendapatan dari proyek gas Myanmar.
Sekitar dua pertiga dari keuntungan operasional di Posco International berasal dari tahun lalu, sekitar 300 miliar won atau Rp 3,8 triliun, dalam kemitraan dengan perusahaan energi lokal Myanmar Oil and Gas Enterprise (MOGE).
“Secara relatif, bisnis lembaran baja tidak menghasilkan banyak uang. Dan struktur kepemilikannya jauh lebih sederhana daripada beberapa bisnis POSCO lainnya di Myanmar,” kata sumber kedua di perusahaan tersebut kepada Reuters.
“Tapi jika kita keluar, penting untuk mengucapkan ‘selamat tinggal’ dengan cara baik-baik,” katanya. (*)
Editor : Edi Faisol