Wamena, Jubi – Sudah hampir dua minggu, masyarakat di Kota Wamena dan sekitarnya merasakan cuaca yang berbeda dari sebelumnya.Di mana, pada siang hari cuaca cukup terik dan di malam hari udara sangat dingin.
Data yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Wamena, ternyata di musim kemarau saat ini cuacanya cukup ekstrim.
Dengan kondisi intensitas hujan yang rendah, cuaca saat ini jika siang hari bisa mencapai 25.3 derajat celcius dan malam hari mencapai minus 11 derajat celcius.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Wamena, Diedrech Marlissa, S.Si kepada JUBI di ruang kerjanya, Selasa (7/7/2015) mengatakan, karena perbedaan yang cukup signifikan itu, terpengaruh juga oleh posisi matahari yang berada di utara. Saat hampir sebagian posisi utara itu posisi yang panas, kemudian arus atau masa udara yang bergerak ke arah selatan membawa udara dingin dari Australia, sehingga bagi wilayah khususnya di pegunungan tengah Papua ini pengaruhnya juga dari arus masa udara dingin yang bergerak dari arah Australia masuk ke pulau Papua secara umumnya dan khususnya Wamena.
“Sehingga masyarakat juga bisa merasakan saat-saat seperti ini curah hujan kurang dan bahkan siang hari sangat cerah dan tidak ada awan, sehingga pemanasan cukup tinggi di mana suhu berada saat ini bisa 25.8 derajat celcius. Perbedaan suhu ekstrim itu pada saat malam hari di mana sangat rendah, bahkan minggu kemarin saja sempat sampai 11 derajat,” ujarnya.
Dijelaskan, bagi penduduk di Kota Wamena dengan kondisi cuaca seperti ini biasanya tidak terasa begitu panas dibandingkan daerah pesisir yang suhunya di atas 30 derajat, tetapi di Wamena terasa terik sekali karena suhu kelembapan juga rendah bisa sampai di bawah 40 derajat, sedangkan daerah pesisir kelembapan sampai 60 derajat.
Bahkan dalam kurun waktu 10 tahun lalu, suhu terdingin di Kota Wamena dan sekitarnya bisa di bawah 10 derajat, tetapi sekarang dengan seiring pembangunan kota dan penduduk yang terus bertambah mulai berkurang.
“Kalau normalnya suhu udara di Wamena itu berkisar 15 derajat jadi kalau sudah sampai 11 derajat sudah minimum ekstrim, sangat dingin dirasakan,” jelas Marlissa.
Bukan hanya itu, tiupan angin sendiri bisa sampai 30 knot dengan kondisi seperti ini, sedangkan normalnya 8-10 knot, di mana kencangnya angin itu terjadi diatas pukul 12.00 waktu Papua.
“Diperkirakan cuaca seperti ini terjadi hingga akhir Agustus 2015, ini juga terkait dengan pengaruh global yang terkait dengan el nino di mana udara begitu kering, namun dengan kondisi cuaca saat ini bagus untuk penerbangan, karena tidak ada awan. Cuma biasanya kondisi pada pagi hari ada pertemuan awan yang awan rendah sekali atau biasa disebut awan prakto biasanya sekitar 200 meter dari permukaan tanah, dan jika di malam hari cerah biasanya di pagi hari kabut,” paparnya.
Dampak perubahan suhu ekstrim seperti ini salah satunya adalah yang baru saja terjadi di Australia. Dikutip dari Cnet, Selasa 7 Juli 2015, peneliti di Negeri Kanguru ini menemukan suhu ekstrem antara 34 hingga 37 derajat celcius menyebabkan embrio hewan jantan menjadi betina.
“Kami sebelumnya telah mampu menunjukkan di laboratorium bahwa saat memancarkan suhu yang ekstrem, secara genetik, kadal jantan akan berubah menjadi betina,” jelas Clare Holleley, peneliti pasca doktoral Institute for Applied Ecology University of Canberra, Australia yang juga memimpin studi tersebut. (Islami/Victor Mambor)