Kota Jayapura minim perawat di kampung-kampung

Ketua DPW PPNI Papua, Isaac Jurun Tukayo (kiri) saat berbincang dengan Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano. - Jubi/Ramah
Ketua DPW PPNI Papua, Isaac Jurun Tukayo (kiri) saat berbincang dengan Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano. – Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Minimnya perawat yang ditempatkan di kampung-kampung, khususnya di Kota Jayapura, menjadi medan gelut Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Papua dan DPD PPNI Kota Jayapura.

Read More

“Kalau bisa satu perawat satu kampung atau kalau masih kurang maka satu RT satu perawat, untuk menurunkan angka kesakitan, teristimewa angka kematian ibu dan anak,” ujar Ketua DPW PPNI Papua, Isaac Jurun Tukayo, setelah pelantikan pengurus DPD PPNI Kota Jayapura masa bakti 2019-2024 di salah satu hotel di Kota Jayapura, Jumat (14/2/2020).

Misalnya, lanjut Tukayo, terkait penyakit tidak menular di kampung yang tidak sempat tertangani dokter maupun puskesmas sehingga adanya perawat di kampung dapat memberikan pelayanan maksimal.

Menurut Tukayo, adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang keperawatan, memberikan kesempatan kepada perawat melakukan praktik mandiri untuk membantu masyarakat agar hidup sehat.

“Kami punya perhimpunan perawat, maka ketika perawat ada di kampung lalu ada pasien yang mengalami luka maka perawat bisa melakukan home visit pelayanan,” jelas Tukayo.

Tukayo menambahkan, perawat mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kampung.

“Siapa bilang perawat pemalas, lalai, tidak tekun dan kurang telaten dalam memberikan pelayanan? Bahkan perawat bisa bekerja melampaui tugas pokok dan fungsinya. Perawat bisa memberikan pelayanan ekstra karena desakan penyakit masyarakat seperti diare, malaria, batuk, pilek, demam, dan sakit gigi,” jelas Tukayo.

Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, mengatakan perawat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sama saja melayani ciptakaan Tuhan.

“Kalau sembuh dia bisa berterima kasih kepada Tuhan. Berterima kasih kepada perawat tapi yang punya STR dan surat izin praktik perawat, bahwa dia akan menyentuh pasien itu,” ujar Tomi Mano.

Dikatakan Tomi Mano, di Kota Jayapura ada 13 Puskesmas, yang siap membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan.

“Nanti saya akan tambah satu lagi puskesmas di daerah padat penduduk yang akan saya tempatkan di daerah pasar pada 2021. Ada dokter spesialis yang melayani rakyat saya, dan saya gaji satu bulan 4,5 juta rupiah. Saya minta para perawat bisa mendaftarkan diri di Rumah Sakit Koya, kalau ada yang mau, karena ini daerah perbatasan maka gajinya besar juga karena kesehatan adalah program prioritas saya,” jelas Tomi Mano.

Menurut Tomi Mano, perawat harus melakukan pelayanan dengan 3S (senyum, sapa, sentuh), yang harus dilaksanakan tanpa membeda-bedakan pasien.

“Seorang perawat harus melayani pasien dengan ramah, murah senyum, tulus, ikhlas, dan suasana hati yang baik, jangan galak melayani pasien sehingga diperhatikan, serta merasa nyaman baik di puskesmas dan rumah sakit. Perawat dapat menjalankan amanat pembangunan di wilayah kerja Kota Jayapura, karena selama ini masih dijumpai keluhan-keluhan masyarakat tentang keramahan perawat dalam melayani pasien,” jelas Tomi Mano. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply