Kopi Anggi dapatkan sertifikat indikasi geografis

Suasana di kabupaten Pegunungan Arfak pada ketinggian 2.200 meter dari permukaan laut, saat tertutup kabut di siang hari. Iklim dingin sepanjang tahun di Pegaf menarik perkembangan Kopi dan komoditas pertanian daerah dingin. (Jubi/Hans Arnold Kapisa)
Suasana di kabupaten Pegunungan Arfak pada ketinggian 2.200 meter dari permukaan laut, saat tertutup kabut di siang hari. Iklim dingin sepanjang tahun di Pegaf menarik perkembangan Kopi dan komoditas pertanian daerah dingin. (Jubi/Hans Arnold Kapisa)

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Manokwari, Jubi – Kopi Anggi asal Kabupaten Arfak akhirnya mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (IG) yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM.

Read More

Label IG ini didapatkan Kopi Anggi karena dianggap memiliki karakteristik dan kualitas khusus yang didukung oleh faktor lingkungan dan manusia. Nantinya, berbagai produk Kopi Anggi akan diberi etiket atau label yang menunjukkan Indikasi Geografis yang telah didapatkan.

Kepala perwakilan BI Papua Barat, Donny Heatubun adalah salah satu pihak yang mengusulkan pendaftaran IG ini kepada Kemenkum HAM. Menurutnya, dengan diperolehnya sertifikat IG ini, peluang Kopi Anggi untuk di ekspor semakin besar.

Menurut Donny Heatubun, Kopi Anggi salah satu komoditas unggulan yang sempat dipamerkan dalam Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2019 di Jakarta belum lama ini.

“Sertifikat pendaftaran IG secara simbolis diserahkan oleh Kemenkumham RI kepada Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, pada Coffee Talk Session yang merupakan rangkaian kegiatan dari KKI 2019. Sertifikat tersebut selanjutnya akan diserahkan Bank Indonesia kepada Pemerintah Kabupaten Pegunungan Arfak,” ujar Donny kepada Jubi, Selasa (23/7/2019).

Selain Kopi Anggi kata Donny, berbagai produk UMKM binaan BI Papua Barat juga ditampilkan dalam KKI 2019, berupa batik Papua Barat dan produk kuliner keripik sukun, abon ikan laut, dan sari buah pala,.

“Seluruh produk kuliner Papua Barat terjual habis selama penyelenggaraan KKI 2019 pada 12 sampai 14 Juli 2019, di Jakarta Convention Center. Sementara itu, batik Papua Barat mencatatkan penjualan sejumlah 160 kain dari total persediaan 165 kain,” ujarnya.

Keterlibatan UMKM asal Papua di gelaran KKI 2019 juga diharapkan bisa meningkatkan minat masyarakat terhadap produk kreatif Indonesia serta mendorong tumbuhnya industri kreatif di Papua.

“Hal ini tentunya akan memberikan nilai tambah pada industri kreatif yang berpotensi untuk memiliki akses ke pasar global,” ujar Donny.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Papua Barat, Muhammad Lakotani mengatakan bahwa pemerintah Provinsi Papua Barat telah mendapatkan tawaran kerjasama dengan pemerintah Selandia Baru di sektor pertanian dan peternakan khususnya di kabupaten Pegunungan Arfak.

Latar belakang kerjsama dua sektor tersebut, karena Pegaf memiliki kesamaan iklim dengan Selandia Baru, dalam prospek pertanian dan peternakan daerah dingin.

“Pemerintah Selandia Baru tertarik dengan Pegaf, setelah tim Papua Barat memaparkan kondisi iklim dan geografis Pegaf. Mereka rencana akan ke Pegaf, dalam tahun ini. Jika sudah datang dan lihat, pasti mereka akan tentukan komoditas pertanian dan peternakan yang cocok,” ujar Lakotani dalam acara pameran The First Pasific Expotion 2019 di Selandai Baru belum lama ini. (*)

 

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply