Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau Kontras Surabaya, Fatkhul Khoir mengatakan 15 mahasiswa asal Papua masih tertahan dalam Asrama Mahasiswa Papua Kamasan III di Surabaya, Sabtu (17/8/2019) dini hari. Mereka belum bisa meninggalkan asrama yang sejak Jumat (16/8/2019) sore dikepung sejumlah aparat dan massa yang menuding para mahasiswa Papua itu merusak bendera merah-putih di depan asrama.
“Mahasiswa yang ada di dalam asrama sebanyak 15 orang. Mereka dalam kondisi lapar,” katanya kepada Jubi melalui sambungan selulernya, Sabtu (17/8/2019).
Fatkhul Khoir mengatakan,hingga Jumat tengah malam sejumlah anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) masih berada di jalan raya menuju Asrama Mahasiswa Papua Kamasan III Surabaya. “Sebagian polisi masih berada di depan asrama. Polisi rencana akan mengevakuasi teman teman mahasiswa,” katanya.
Fatkhul Khoir mengatakan belum dapat memastikan tempat tujuan evakuasi mahasiswa, karena ia belum membicarakan hal itu dengan polisi. “Saya masih berkomunikasi, tapi belum bertemu dengan pihak kepolisian untuk membicarakan rencana evakuasi,” katanya.
Fathul mengatakan, dirinya masih berada di tempat kejadian perkara dan masih melakukan komunikasi dengan para mahasiswa di dalam asrama. “[Akan tetapi] saya masih belum bisa bertatap muka langsung dengan mahasiswa. Karena para pengambil kebijakan belum ada yang muncul di lapangan sehingga agal susah berkomunikasi [membicarakan penyelesaian masalah itu],” katanya.
Fatkhul Khoir mengatakan masih terus berkoordinasi dengan polisi di lokasi. “[Kami masih terus berkomumikasi] untuk bertemu dengan [pejabat] polisi yang berwewenag malam ini,” katanya.
Di Yogyakarta, Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Pusat Jhon Gobay mengatakan, hingga Sabtu pukul 02.12 Waktu Papua para mahasiswa di dalam Asrama Mahasiswa Papua Kamasan III di Surabaya masih belum bisa keluar dari asrama milik Pemerintah Provinsi Papua itu.
“Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, ruas jalan di depan asrama [yang sempat ditutup] sudah dibuka kembali. Namun massa ormas dan polisi masih berada di depan asrama, kata Gobay.
Ia mengatakan pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan para mahasiswa yang tertahan di dalam asrama. “Kami harap massa ormas bisa membubarkan diri dan menghargai hak berdemokrasi. Jangan mereka merusak wajah demokrasi dengan melakukan pengepungan dan diskriminasi kepada mahasiswa Papua,” katanya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G