Kondisi terkini banjir NTB dan NTT yang menewaskan 86 jiwa

Papua
Ilustrasi Banjir - Pixabay.com.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Banjir bandang dan longsor menerjang sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga Senin malam, (5/4/2021) menimbulkan puluhan orang meninggal dunia.  Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan korban meninggal mencapai 86 jiwa.

Read More

Sejumlah catatan menunjukkan banjir dipengaruhi curah hujan dengan intensitas sedang hingga deras terjadi di Kabupaten Bima, NTB sejak Kamis, (1/4/2021) lalu. Hujan deras kemudian memicu terjadinya banjir di 29 desa di empat kecamatan yaitu kecamatan yaitu Madapangga 6 desa, Bolo 8 desa, Woha Desa Naru 8 desa, dan Monta 7 desa.

Baca juga : Banjir Arso berdampak tanaman rusak, petani gagal panen 

Bantuan rumah tidak merata, korban banjir bandang siapkan gugatan hukum

Pemkab Jayawijaya mulai salurkan bantuan bama bagi warga terdampak banjir

Akibat banjir ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima mencatat 2 korban meninggal dunia. Lalu, lebih dari 9.425 KK atau 27.808 jiwa terdampak. Banjir dan Longsor juga terjadi di Flores Timur, NTT.

Sedangkan pada Minggu dini hari, (4/4/2021) Kabupaten Flores Timur, NTT, diterjang banjir bandang. Di hari yang sama, Wakil Bupati Flores Timur Agus Bolli menyatakan ada sejumlah warga di Pulau Adonara dilaporkan tewas akibat bencana longsor dan banjir. “Puluhan orang meninggal, baru belasan jenazah yang berhasil dievakuasi,” kata Agus Bolli.

 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini. Kedelapan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan pemerintah belum perlu menetapkan status banjir bandang yang terjadi di NTT sebagai bencana nasional. Status bencana nasional baru akan ditetapkan saat kegiatan pemerintahan daerah lumpuh total. “Sejauh ini kegiatan pemerintahan masih berjalan,” ujar Doni.

Lembaga kebencanaan itu juga menyebut kendala ditemui dalam upaya penanganan bencana di sana Salah satunya karena akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal.

“Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati.

Sedangkan krisis untuk para pengungsi banjir saat ii  terjadi di daerah terdampak di Kabupaten Lembata. “Untuk saat ini bantuan belum ada sama sekali karena terhambat kondisi laut. Setahu saya belum ada kapal masuk dari luar,” ujar Salah satu relawan dari Yayasan Plan Indonesia, Noni.

Menurut Noni, saat ini bantuan masih bertumpu pada uluran tangan masyarakat sekitar dan keluarga korban yang tak ikut terdampak bencana banjir. Para pengungsi, saat ini lebih banyak dipusatkan di Kantor Lurah di Lewoleba, dan Kantor Camat Ile Ape.

Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengatakan sejumlah wilayah di tiga kabupaten masih terisolasi akibat banjir bandang dan longsor. Josef menyebut wilayah yang terisolasi itu ialah enam desa di Kabupaten Malaka karena jembatan terputus. Enam desa di Kabupaten Flores Timur terisolasi karena longsor dan jalan yang tak bisa dilewati.

“Di Sabu Raijua ada enam kecamatan yang terisolasi karena jalan dan jembatan putus,” kata Josef. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply