Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Ketua Majelis Ulama Indonesia atau MUI Provinsi Papua, KH Saiful Islam Al Payage mengutuk keras ujaran rasis sekelompok warganet kepada mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Indonesia, Natalius Pigai. Ia meminta polisi menindak tegas para pelaku ujaran rasis itu.
Hal itu disampaikan KH Saiful Islam Al Payage sebagai reaksi atas tindakan sejumlah pengguna media sosial facebook yang menyampaikan ujaran rasis terhadap Natalius Pigai pada Selasa (12/5/2020). Payage menegaskan rakyat Indonesia harus menghentikan cara pandang rasisme, tindakan, maupun hujatan atau ujaran rasis.
“Saya, Ketua MUI Papua, mengutuk keras tindak rasis yang terjada kepada anak negeri Putra terbaik Papua, Natalius Pigai. Saya mau sampaikan, orang Papua tidak pernah meminta lahir di Papua dengan kulit hitam, rambut keriting. Tetapi itu pemberian dari Tuhan. [Kepada] orang-orang masih berpikir sempit [dan melakukan] tindakan rasis terhadap orang Papua, sejak saat ini berhenti dengan pikiran [rasisme itu],” kata Payage saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Rabu (13/5/2020).
Payage meminta Pemerintah Republik Indonesia tegas menindak setiap orang yang melakukan tindakan rasis, dengan menjalankan ketentuan hukum yang berlaku. Ia meminta Pemerintah Indonesia jangan terlihat lemah dan membiarkan tindakan atau ujaran rasis yang telah dilarang oleh hukum yang berlaku di Indonesia.
“Natalius Pigai mendapat tindakan rasis dari beberapa masyarakat Indonesia usai menulis kritikan kepada Pemerintah Indonesia di media sosial. Ia menyebutkan ‘Pemerintah Indonesia takut lockdown, bukti Indonesia negara miskin’. Hal itu mendapat ribuan komentar, baik pro dan kontra, hingga ucapan rasis. Penegakan hukum harus dilakukan terhadap orang yang [menyatakan ujaran] rasis, karena rasisme itu musuh bersama di Indonesia,” kata Pakage tegas.
Payage mengingatkan Indonesia tidak terdiri dari satu suku, melainkan memiliki warga dengan beragam latar belakang budaya, agama, dan kebiasaan adat. Tindakan rasis yang dilakukan oleh beberapa orang dapat menimbulkan perpecahan antar suku, dan melemahkan Indonesia.
“Berhenti [melakukan] rasisme di Indonesia, karena kita banyak suku [dan] agama. Ini negara Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Payage menyatakan apabila cara berfikir rasisme terus dipelihara, Indonesia tidak akan maju. Ia juga meminta Pemerintah Provinsi Papua melindungi harkat dan martabat orang Papua. “Jika ada [orang di] daerah lain bicara rasis, pemerintah harus berbicara lantang membela rakyat. Jangan biarkan ini menjadi kebiasaan,” tegasnya.
Payage menyebut ujaran rasis terhadap Natalius Pigai adalah serangan terhadap mental orang Papua, dan menghinakan sesama mahluk ciptaan Tuhan. “Karena yang diserang adalah mental. [Sesama warga negara seharusnya] memberikan kepercayaan diri dan tangung jawab [bagi orang Papua], serta mengangkat martabat seseorang, memberikan masukan untuk bisa maju bersama, membangun bangsa,” katanya.
Natalius Pigai menyatakan ujaran rasis terhadapnya itu disampaikan sejumlah pengguna facebook pada Selasa (12/5/2020). Sebelumnya, kritik Pigai terhadap pemerintah yang tidak berani menetapkan kebijakan karantina/lockdown diberitakan salah satu media daring pada Senin (11/5/2020).
Screen shoot pemberitaan media daring berjudul “Pigai: Corona Membuka Mata Dunia kalau Indonesia Negara Miskin dan Tak Punya Apa-Apa” itu diunggah ke facebook, dan ditanggapi sejumlah pengguna facebook dengan ujaran rasis terhadap Pigai. Pigai menyatakan rasisme adalah bentuk penindasan yang merendahkan martabat manusia. Ia menyatakan bangsa Papua memiliki harga diri dan martabat yang tidak mudah ditumbangkan.
“Dulu orang Papua dianggap gampang, murahan, dan rendahan. Sekarang mereka [yang menghina orang Papua] terjebak dalam permainan orang cerdas dan pintar. Kita sudah buktikan bahwa orang Papua bisa tolak suap, jabatan, kekuasan,” katanya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G