Kesiapan mental dan anggaran, sebelum relokasi warga pesisir Danau Sentani

Sebagian rumah warga di pinggiran Danau Sentani yang terendam akibat naiknya permukaan air danau beberapa waktu lalu - Jubi/Engel Wally
Sebagian rumah warga di pinggiran Danau Sentani yang terendam akibat naiknya permukaan air danau beberapa waktu lalu – Jubi/Engel Wally

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Papua Bangkit, Hengki Jhoku, mengatakan relokasi warga delapan kampung di pesisir Danau Sentani, tidak semudah membalikan telapak tangan.

Read More

Menurutnya, untuk merelokasi warga, ada dua hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura, yakni kesiapan mental dari masyarakat yang akan direlokasi ke tempat yang baru serta anggaran yang cukup dalam proses relokasi tersebut.

“Kalau hanya memindahkan saja, itu berarti sama dengan memindahkan masalah di air ke daratan. Budaya dan tradisi masyarakat yang hidup dengan air danau tidak mudah untuk diubah begitu saja,” ungkap Jhoku, saat ditemui di Sentani, Senin ( 27/5/2019).

Jhoku juga mengatakan di era reformasi ini masyarakat telah dimanjakan dengan banyaknya bantuan yang diberikan oleh pemerintah, ketika merujuk kepada Undang-Undang Desa, sebuah kampung dihuni oleh 500 jiwa atau 100 kepala keluarga (KK).

“Kalau jumlah satu kampung tidak mencapai kuota seperti yang diatur dalam undang-undang, lebih baik di gabung saja, sehingga dalam pemberian anggaran juga tidak sia-sia,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Jayapura, Adolof Yoku, mengatakan ketika proses relokasi telah dilaksanakan, warga masyarakat dibina menjadi petani dengan luas lahan yang tersedia.

“Nanti akan ada tenaga penyuluh pertanian yang diturunkan untuk melakukan pendampingan. Baik secara kelompok maupun perorangan. Tidak hanya itu saja, fasilitas penunjang seperti mesin pembajak tanah hingga bibit tanaman akan disiapkan oleh pemerintah,” kata Adolof. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply