Papua No. 1 News Portal | Jubi
Kepala SD senang melihat murid baru diantarkan orangtua ke sekolah sebagai bentuk kepercayaan kepada sekolah. Kepala SMA mengatakan tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya di mana siswa antusias datang lebih awal ke sekolah.
Senin, 15 Juli 2019 hari pertama masuk sekolah di Kabupaten Jayapura. Sebagian siswa sudah mengikuti masa pengenalan sekolah sebelumnya dan Senin itu mereka mengenakan seragam.
Umumnya mereka hadir lebih awal di sekolah. Bahkan ketika pintu pagar sekolah belum dibuka. Mereka terpaksa menunggu di luar gerbang.
Ketika pintu pagar dibuka semuanya tidak sabaran memasuki kelas baru dan berbaris untuk upacara bendera pertama semester ini ganjil.
Kepala SD YPPK Bonaventura Sentani, Simon Roberth Ngantum, saat upacara mengatakan bersyukur karena orangtua wali siswa mempercayai SD Asisi untuk sekolah anak mereka.
“Terima kasih karena orangtua masih menganggap SD YPPK Bonaventura Sentani, sekolah yang mampu melayani kebutuhan orangtua siswa sehingga pada hari pertama ini orangtua sangat antusias mengantarkan anak-anak mereka,” katanya
Ngantum menyampaikan siswa-siswa baru sangat menyatu dengan siswa lama di kelas yang lebih tinggi.
“Pada hari pertama ini kami memberi kebebasan kepada orangtua siswa, jadi orangtua siswa mau buat apa silakan kami berikan kebebasan, tapi dengan catatan bahwa tidak boleh menggangu aktivitas pengenalan lingkungan di sekolah, mau masuk di kelas silakan tapi tidak membatasi anak untuk mengenal lingkungan sekolah mereka,” ujarnya.
Ngantum juga mengatakan dengan kehadiran orangtua mengantarkan anaknya ke sekolah membuat pihak sekolah merasakan ada kepercayaan yang diberikan orangtua kepada sekolah.
“Karena saya lihat anak-anak yang baru ini masuk di kelas itu dengan ceria, dengan penuh kerendaHan hati, sehingga saya sebagai kepala sekolah merasa senang karena kepercayaan yang diberikan orangtua kepada kami, sehingga saya sangat meresponS karena orangtua juga memberikan dukungan kepada kami dalam bentuk tenaga, pikiran, dan apapun bagi sekolah ini,” katanya.
Ia mengatakan jika SD YPPK Bonaventura Sentani bukan pilihan yang tepat bagi orangtua siswa maka jumlah siswa di sekolah tersebut pasti berkurang atau sedikit.
“Kami ada tiga ruangan dan kalau ikut aturan pemerintah 80 siswa, namun di akhir pendaftaran membengkak menjadi 88 siswa untuk murid baru, sehingga total jumlah siswa kelas satu hingga kelas enam sekarang 500-an siswa,” ujarnya.
Ngantum mengatakan dalam menjalankan proses belajar-mengajar diserahkan kepada otonomi sekolah untuk memutuskan mana yang baik dan mana yang tidak baik, serta pas dan tidak pas.
“Di hari pertama dan beberapa hari ini kami masih membatasi waktu, di hari pertama, kedua dan ketiga itu dari jam 7 sampai dengan jam 10 setelah proses belajar-mengajar itu berjalan dengan baik maka kami akan pulangkan anak-anak pada jam 11 siang dan itu sesuai dengan kesepakatan dengan orangtua siswa, kami juga sampaikan terima kasih karena orangtua merasa nyaman anak-anak mereka sekolah di sini,” katanya.
Sementara untuk tingkat SMA, Kepala SMA YPPK Asisi Sentani, Heribertus Dhasiyono, mengatakan pada hari pertama siswa-siswi di sekolah tersebut sangat antusias dan masuk sekolah dengan penuh semangat.
“Anak-anak ini adalah generasi dan tulang punggung bangsa dan juga gereja, untuk itu kami melakukan pertemuan bagaimana mempersiapkan mental mereka untuk menghadapi proses belajar-mengajar selama tiga tahun di sekolah,” katanya.
Heribertus mengaku melihat sesuatu yang berbeda pada awal tahun ajaran tahun ini di mana anak-anak sebelum pukul 7 WIT sudah berada di lingkungan sekolah, padahal sekolah masuk pukul 7.30 WIT.
“Jadi sebelum pukul 7.15 WIT anak-anak sudah harus ada di sekolah untuk mempersiapkan segala sesuatu dan sebelumnya kami awali dengan ibadah bersama,” ujarnya.
Heribertus mengatakan untuk proses belajar-mengajar belum dilakukan karena anak-anak harus disiapkan mental mereka untuk menghadapi proses belajar-mengajar di sekolah.
“Karena kami terima siswa baru ini sebagai warga baru, masuk dalam keluarga SMA Asisi, rumah tangga Asisi, jadi mereka harus tahu apa yang harus dilakukan selama satu tahun ke depan, harus ikuti budaya sekolah, aturan sekolah, budaya menghormati, sopan santun di sekolah, tata karma, mereka harus pelajari semua itu,” ujarnya.
Aktivitas belajar-mengajar, katanya, akan efektif pada hari kedua pengenalan lingkungan sekolah, di mana dengan jumlah siswa baru tahun ajaran 2019-2020 sebanyak 164 siswa.
“Jumlah keseluruhan siswa kami ada 431 siswa dan yang baru itu 164 siswa dan untuk satu kelas satu itu dibagi 32 siswa per kelas,” katanya.
Dhasiyono berharap siswa baru tahun ajaran 2019-2020 tidak hanya menjadi siswa biasa, namun dapat mengikuti setiap kompetensi untuk persiapan memasuki perguruan tinggi.
“Lulus itu gampang, tapi untuk mengikuti kompentensi di kemudian hari itu yang tidak mudah, apalagi kita sudah menghadapi era industri sehingga anak-anak ini harus dipersiapkan mental mereka,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi