Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Ribuan penduduk Maroko mencoba mencari peruntungan dan menghindari kemiskinan di negaranya dengan cara berenang menyeberangi laut untuk mencapai wilayah enklave Spanyol, Ceuta dan Melilla. Langkah itu dilakukan dengan harapan bisa mendapat kehidupan lebih baik. Namun upaya itu bukan tanpa risiko. AFP, Rabu (19/5/2021) melaporkan seorang imigran dilaporkan tenggelam diduga saat berenang menyeberangi lautan menuju wilayah Enklave.
“Saya tahu ini adalah petualangan dan saya tidak takut dengan kematian. Justru saya takut mati dalam keadaan miskin,” kata Amal, tahun, seorang perempuan Maroko yang ikut menyeberang.
Baca juga : Prancis deportasi imigran yang diyakini radikal
Imigran belia asal Guatemala ini meninggal di tahanan usai operasi empedu
Imigran kembali ditemukan, kondisinya dalam kontainer tersegel
Amal nekat menerobos penjagaan perbatasan dari desa terdekat bernama Martil, setelah membaca unggahan di Facebook sejawatnya berhasil mencapai wilayah enklave itu dan tidak tertangkap. Hal itu menjadikan ia tergiur mencoba.
Para imigran yang tidak berani berenang memilih berjalan di kawasan pesisir pantai Fnideq, Maroko, menuju Ceuta. Namun aksi para pendatang dari Maroko itu tepergok oleh penjaga perbatasan Spanyol. Akhirnya sekitar 6.000 imigran, termasuk 2.700 anak-anak, dipulangkan.
Aparat penjaga perbatasan Maroko lantas memergoki aksi para imigran itu dan menghalau mereka dengan menembakkan gas air mata. Namun sebagian berhasil kabur dan melanjutkan perjalanan ke Ceuta.
Sementara itu, sekitar 300 imigran dari wilayah sub-Sahara nekat memanjat pagar pembatas untuk bisa masuk ke wilayah enklave Spanyol di utara Afrika, Melilla.
Menurut aparat keamanan setempat, sebanyak 85 orang pendatang gelap, terdiri dari laki-laki dan perempuan berhasil memanjat pagar pembatas dan masuk ke wilayah itu. Dua wilayah enklave itu adalah satu-satunya perbatasan darat Uni Eropa di wilayah Afrika. Sebab, Spanyol merupakan anggota blok itu.
Wilayah enklave tersebut menjadi tujuan utama para pendatang gelap dengan harapan bisa mendapat kehidupan layak di Benua Biru.
Tercatat pandemi virus corona turut menghambat roda perekonomian Maroko. Tingkat kemiskinan penduduk di negara utara Afrika itu melejit akibat tingginya pengangguran lantaran penutupan perbatasan.
Fnideq yang berbatasan langsung dengan Ceuta adalah wilayah pelabuhan yang tadinya menyedot banyak tenaga kerja, sekaligus rawan penyelundupan. Selain itu, Maroko yang merupakan bekas negara jajahan Spanyol juga masih dibelit masalah separatis pemberontak Front Polisario sampai saat ini masih terlibat pertempuran dengan tujuan memerdekakan diri dan berdaulat atas wilayah Sahara Barat. (*)
Editor : Edi Faisol