Sedikitnya 11 wartawan dan 13 aktivis HAM terbunuh sejauh tahun ini,
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Mexico City, Jubi– Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (UNHCR) di Meksiko, menyebut program pemerintah Meksiko untuk melindungi jurnalis dan aktivis kekurangan dana, sehingga tidak dapat menjamin keselamatan di tengah meluasnya impunitas dan ancaman.
Sedikitnya 11 wartawan dan 13 aktivis HAM terbunuh sejauh tahun ini, menurut kelompok PBB tersebut. Angka itu hampir melampaui jumlah tahun lalu dan menunjukkan jumlah kematian tersebut dapat mencapai rekor pada 2019.
Berita terkait : Jurnalis Meksiko ditemukan tewas luka tusuk
Kepala UNHCR, Jan Jarab, menuturkan komitmen politik Meksiko tentang perlindungan jurnalis dan aktivis HAM terbukti menjadi tantangan di berbagai kalangan. Kekhawatiran itu menimbulkan pertanyaan soal seberapa besar Presiden Andres Manuel Lopez Obrador melihat isu tersebut sebagai prioritas. Jumlah total pembunuhan di Meksiko juga terus naik, menggarisbawahi skala tugas yang dihadapi presiden.
Baca juga : Saudi tolak ekstradisi tersangka pembunuh Khashoggi
Saudi dikabarkan bakal akui kematian jurnalis Jamal Khashoggi
Sangat sedikit kasus yang berujung pada vonis atau bahkan penangkapan. Lebih dari setengah tersangka teridentifikasi oleh program sebagai pejabat publik.
Kelompok HAM menyebutkan pejabat yang mengancam jurnalis dan aktivis kerap berupaya menyembunyikan korupsi mereka dan melindungi kepentingan pribadinya.
“Meksiko kurang memiliki pengakuan yang cukup untuk pekerjaan pembela HAM dan jurnalis,” kata Jarab saat konferensi pers.
Ia memaparkan laporan UNHCR setebal 410 halaman, yang berpendapat bahwa impunitas di Meksiko merupakan alasan utama untuk program tersebut.
“Otoritas perlu mengecam semua agresi secara terbuka,” kata dia. (*)
Editor : Edi Faisol