Kekerasan dan Pelanggaran HAM: Perspektif Perempuan Papua sebagai Perempuan Penerus Kehidupan (2/2)

Logo kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2019. - Koalisi Masyarakat Sipil
Logo kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2019. – Koalisi Masyarakat Sipil

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Oleh: Fientje Jarangga*

Read More

Bagian 2

Masih dalam kerja pendokumentasian korban kekerasan, kami mulai lagi dengan sebuah proses yang lahir dari pemahaman  bahwa Perempuan Penerus Kehidupan, kami menyebutnya Noken Kehidupan.  Cara Perempuan Papua memulihkan dirinya dari pengalaman kekerasan dan pelanggaran HAM yang dialami.

Noken, dalam perspektif perempuan korban, noken telah menginspirasi  perempuan korban dalam berbagi cerita. Pandangan ini menjadi penting ketika perempuan Papua mulai memandang penting filosofi Noken sebagai simbol pemersatu perempuan, karena melekat nilai-nilai kemanusian yang berbudaya.  Pandangan ini juga telah  membentuk cara pandang perempuan Papua pembela HAM dan juga ditambah pengalaman dan pembelajaran seperti yang dialami oleh perempuan-perempuan di Columbia dalam apa yang disebut program “berpelukan”  dan bagi perempuan-perempuan  di Asia dan Afrika menyebutnya “Batu Loncatan” atau Stepping Stones”.

Konsep Anyam Noken, adalah  sebuah proses pemulihan yang berbasis perempuan korban di komunitas basis (kampung-kampung). Konsep ini juga menjadi konsep dasar  pembentukan Jaringan HAM Perempuan Papua yang dinamakan Tiki’ yang dalam bahasa suku Mee Paniai artinya Selesai Sudah, Stop Sudah, jangan diulang-ulang. Dengan pemahaman Anyam Noken sebagai sebuah proses pemulihan dan pemenuhan hak perempuan maka kami mencoba membuat sebuah kerangka proses yang bisa membantu kita memahami dan memperkuat apa yang sedang kita lakukan.

Dengan  menggunakan metafora ’menganyam noken’, kita mengumpulkan apa yang selama ini tercerai-berai, terhambur, kemudian mengikatnya menjadi sesuatu yang kuat. Anyam Noken ini menjadi forum dimana pengalaman-pengalaman kita bisa dikumpulkan dan menjadi bekal kita untuk memperkuat suara kita, menjadi modal untuk kita mengubah dunia.

Inilah 5 langkah proses pemulihan yang selama ini dipakai dan dapat diulang secara terus-menerus: langkah Mencari Kawan, langkah Pegang Tangan, langkah Kumpul Cerita, langkah Buka Suara dan Langkah Merubah Dunia Ku.

Noken,  telah menginspirasi kita sebagai perempuan  Papua yang menghormati budaya dan mengerti baik filosofi yang terkandung dalam Noken ini. Dalam tulisan saya pada bagian 1, Penerus Kehidupan disimbolkan kepada perempuan Papua. Dengan demikian maka perempuan Papua sangat dekat dan berhubungan dengan kehidupan.  Tiga  unsur  penting dalam Noken Kehidupan yang tidak bisa berdiri sendiri,  tetapi unsur-unsur  ini saling mengkait satu sama lainnya dan menjadi satu kesatuan.

Unsur budaya,  bahwa noken erat dengan perempuan khususnya dan hampir semua orang Papua menggunakan noken sebagai wadah (tempat) yang digunakan untuk “menyimpan” harta benda, makanan dan termasuk anak bayi pada usia tertentu ia akan dibesarkan dalam Noken. Kemudian, kebiasaan  mengayam Noken  dilakukan oleh hampir semua perempuan Papua dan juga tersebar diseluruh wilayah pasifik, yang mempunyai kesatuan budaya Melanesia.  Yang mempunyai ciri, makna simbol yang sama  yaitu Perempuan dan Noken adalah simbol kehidupan, pemberi makan, penerus keturunan, pembawa damai.

Unsur teknologi,  teknologi  tradisional  yang mempunyai mekanisme kerja yang secara tradisional dikerjakan melalui jari-jari tangan. Imajinasi adalah bagian penting yang diwariskan turun temurun kepada seseorang perempuan. Oleh karena  tingkat kesulitan  dalam proses pembuatannya mulai dari memilih bahan sampai merajut Noken hanya bisa dibuat oleh perempuan yang sudah dilatih/diajarkan oleh orang tua.

Unsur  lingkungan dan ekonomi,  merupakan produk  yang berasal dari tumbuhan khusus yang tumbuh pada wilayah-wilayah tertenu dan jika sudah menjadi noken, produk itu bisa dijual.  Noken, produk yang punya nilai budaya maka satu noken asli dari wilayah pegunungan akan lebih mahal harga jualnya dari noken yang produknya dari wilayah bagian Selatan pesisir pantai yang jauh lebih murah.

Pertanyaannya, bahwa aspek-aspek yang disebutkan ini saat ini tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam menghargai noken sebagai benda budaya. Kebiasaan ini dapat dilihat ketika pada momen tertentu  Noken hanya sebagai simbol “kosong” dihadiahkan kepada seseorang tanpa ada beban-beban sosial.   Konsep Anyam Noken yang merupakan pendekatan pemulihan bagi korban, harus menjadi model  dalam mengembalikan semua bagian kemanusiaan korban yang telah dihilangkan oleh  situasi  kekerasan dimanapun korban berada.

*Penulis adalah Koordinator Jaringan HAM Perempuan Papua

Related posts

Leave a Reply