Kawasan destinasi wisata pantai ini tercemar limbah minyak

Papua Limbah pencemaran
Ilustrasi limbah pencemaran, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Sejumlah objek wisata pantai di Kabupaten Bintan kembali tercemari limbah minyak. Keberadaan limbah minyak berwarna hitam itu salah satunya mengotori kawasan Madu Tiga Beach and Resort.

Read More

“Limbah tersebut mulai mengotori bibir pantai pada Jumat malam, 27 November lalu. Kami menutup sementara kawasan pantai menggunakan tali pembatas dan pemberitahuan larangan wisatawan bermain atau mandi di pantai,” kata seorang pengelola kawasan pantai Madu Tiga, Amran, Minggu, (29/11/2020).

Baca juga : Warga Jawa Barat paling banyak protes pencemaran udara

 TPS 3R untuk kurangi dampak pencemaran lingkungan  

Pencemaran air akibat bakteri di Kota Jayapura sangat rentan

Amran mengatakan telah membuka kawasan pantai setelah timnya membersihkan  yang berakhir  pada sore hari.

Kawasan pantai Madu Tiga yang masuk satu kesatuan ekosistem kawasan pesisir Bintan hampir setiap tahun terkena pencemaran limbah minyak hitam, terutama saat musim angin utara. Limbah tersebut diduga bukan berasal dari perairan Indonesia, melainkan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura.

“Kami khawatir, keberadaan limbah ini membuat pengunjung enggan bermain di pantai, karena mereka tidak bisa mandi,” kata Amran menjelaskan.

Seorang pengunjung Madu Tiga, Ogi mengaku terkena cairan limbah minyak hitam saat berenang di pantai tersebut pada Ahad sore. “Usai berenang, pada bagian telapak kaki ada bercak hitam, setelah dicek ternyata cairan minyak hitam,” ujar Ogi.

Dari pengalaman selama ini limbah minyak hitam dapat mengganggu sektor pariwisata di Bintan yang mengandalkan wisata bahari. Tak hanya itu, limbah tersebut juga dapat merugikan warga Bintan yang mayoritas nelayan karena laut tercemar membuat mereka kesulitan mendapatkan ikan.

Seorang nelayan di Berakit, Ahmad mengharapkan pemerintah mulai menyiapkan langkah antisipasi buat mencegah adanya limbah minyak hitam di daerah pesisir Bintan.

“Jangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah seakan tidak ada solusi untuk menangani limbah ini, sehingga kami (nelayan) yang sangat dirugikan setiap tahunnya,” kata Ahmad. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply