KAPP minta Lanny Jaya Mandiri dievaluasi

Penjual hasil bumi di Pasar Pharaa Sentani –Jubi/Yance Wenda
Penjual hasil bumi di Pasar Pharaa Sentani –Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Kabupaten Lanny Jaya yang terletak di pegunungan tengah, wilayah bagian barat dari Lembah Baliem terkenal dengan hasil bumi seperti bawang, kentang, dan ubi, serta ternak kelinci. Selain itu di daerah Makki juga terkenal penghasil markisa.

Read More

Sayang, seiriang perjalanan waktu semua itu hilang seakan tanah di Lanny Jaya sudah tidak bisa menghasilkan sayuran dan umbi-umbian, serta dijadikan tempat berternak lagi.

Ketua Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) Lanny Jaya, Fredi Ginia Tabuni, mengapresiasi program bupati dan wakil bupati Lanny Jaya bernama “Lanny Jaya Mandiri Cerdas dan Sehat” (MCS).

Program tersebut, menurutnya, program hebat yang tak dimiliki oleh kabupaten dan kota di seluruh Tanah Papua, bahkan Indonesia.

“Dalam hal ini, selama ini KAPP Lanny Jaya menilai Program Lanny Jaya Mandiri tidak berjalan maksimal sesuai dengan harapan dan mimpi seorang kepala daerah, karena penerapan anggaran miliaran tersebut tidak tepat sasaran,” katanya ketika dihubungi Jubi, Rabu, 9 Oktober 2019.

Menurut Tabuni uang yang dibagikan tunai per kepala keluarga Rp1 juta per bulan tidak bisa membuat masyarakat Lanny Jaya mandiri.

Ia mengatakan bahwa dampak negatif dari uang yang diterima masyarakat, banyak masalah yang tumbuh subur di masyarakat dari kota hingga ke kampung-kampung.

“Salah satunya uang tersebut tidak digunakan untuk membuka usaha atau membuat sesuatu yang bermanfaat, tapi justru habis membeli togel dan togel tersebut juga merajalela sampai ke dusun, hampir tiap hari masyarakat menghabiskan waktunya dengan duduk untuk judi togel,” ujarnya.

Menurutnya dulu masyarakat Lanny Jaya setelah bangun pagi langsung pegang sekop untuk ke kebun mengolah ladang.

“Sekarang bangun pagi ingat bolpen dan buku untuk rumus togel,” katanya.

Kabupaten Lanny Jaya, kata Tabuni, dikenal sebagai daerah penghasil bawang, bawang putih, kopi, ternak kelinci, dan usaha lain.

“Banyak potensi alam seperti kopi, bawang putih, bawang merah, kedelai, dan lain yang seharusnya masyarakat bisa mengelola namun diabaikan,” katanya.

Padahal, katanya, uang program MCS yang seharusnya digunakan dengan baik tidak tidak terjadi dan juga seperti di pasaran dan honai makanan ciri khas orang Lanny semakin hilang satu persatu,” katanya.

Untuk itu KAPP Lanny Jaya, kata Tabuni, menawarkan ide kepada Pemeritah Kabupaten Lany Jaya untuk mengaktifkan kembali perekonomian di daerahnya.

Pertama, membagikan uang kepada masyarakat yang memiliki kebun dan usaha. Kedua, pemerintah menyediakan gudang sembako di ibukota Kabupaten Lanny Jaya dan mendatangkan barang dari Jayapura atau Surabaya.

Ketiga, pemerintah membentuk koperasi di setiap kampung dan mempekerjakan sarjana yang masih menganggur. Keempat, pemerintah melihat dan memodali kreativitas anak-anak muda Lanny Jaya yang sedang  bergerak memulai usaha dengan modal terbatas.

Kelima, memberikan kepercayaan penuh kepada KAPP untuk bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan, UKM dan Koperasi Lanny Jaya, serta instansi terkait lainnya untuk mengawal dan membina warga yang mau bekerja keras.

“Kita harus kembali kepada gaya dan cara hidup yang lama atau ‘Kenggi Abolok Kambe Abolok’,” kata Tabuni.

Tabuni berharap ada evaluasi yang dilakukan Pemkab Lanny Jaya terkait program MCS.

“Bila pemerintah kabupaten tidak melakukan evaluasi terhadap Lanny Jaya Mandiri dalam kurung waktu dua-tiga tahun berjalan masa jabatan bupati dan wakil bupati maka Lanny Jaya Mandiri hanya tinggal terpasang nama tanpa ada bukti keberhasilan,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Thomas Wenda, mengatakan pemerintah memiliki program bagus, namun tidak ada hasil yang baik.

“Kita lihat saja sejak belum adanya MCS itu masyarakat aktif, bertani, beternak, dan melakukan apa saja yang mereka olah, setelah ada MCS semua fokus di situ, karena mereka tahu tiap bulan ada uang,” ujarnya.

Menurut Thomas, program yang diterapkan Pemkab Lanny Jaya seperti me-ninabobok-kan masyarakat untuk tidak mengolah hasil bumi mereka.

“Dari yang itu (MCS) apa yang mereka lakukan? Pemerintah berikan uang harus ada input-nya, tidak hanya output-nya saja, kita bukan maju dalam perekonomian, malah kita mundur jauh sekali,” katanya.

Ia berharap pemerintah mengevaluasi kembali dan memberikan dana sesuai dengan apa yang sudah dilakukan masyarakat.

“Harus diubah cara ini, pemda kalau memberikan uang harus melihat di setiap kampung, usaha apa yang sedang kepala kampung terapkan ke masyarakat dan masyarakat sendiri sedang melakukan usaha apa,” ujarnya.

Kemudian hasil dari usaha-usaha masyarakat tersebut ditampung di KUD (Koperasi Unit Desa) dan Pemkab Lanny Jaya mencari pasaran ke kabupaten dan kota lain dengan mempromosikan hasil bumi dari Lanny Jaya.

“Jadi dengan program seperti itu masyarakat akan mandiri dan sejahtera,” kata Wenda. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply