Jika nasib pengungsi terus diabaikan, mahasiswa Puncak akan berunjuk rasa

Mahasiswa Puncak, Papua
Komunitas Mahasiswa Pelajar Puncak atau KMPP se-Kota Studi Jayapura meminta pemerintah segera turun tangan menangani nasib para warga sipil Kabupaten Puncak, Papua, yang mengungsi karena konflik bersenjata. - Istimewa

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Komunitas Mahasiswa Pelajar Puncak atau KMPP se-Kota Studi Jayapura meminta pemerintah segera turun tangan menangani nasib para warga sipil Kabupaten Puncak, Papua, yang mengungsi karena konflik bersenjata di sana. Jika nasib para pengungi terus diabaikan, KMPP se-Kota Studi Jayapura akan berunjuk rasa.

Koordinator Lapangan Umum KMPP se-Kota Studi Jayapura, Manu Tinal menyatakan warga sipil dari berbagai wilayah telah mengungsi sejak pertengahan 2019, seiring eskalasi konflik bersenjata di sana. Para warga sipil yang mengungsi dari Distrik Gome, Beoga, dan Sinak itu terpencar ke berbagai lokasi pengungsian, sebagian sampai mengungsi ke kabupaten tetangga di Papua, sehingga tidak tersentuh pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Read More

Tinal meminta Pemerintah Kabupaten Puncak segera turun tangan dan serius menangani nasib warga sipil yang mengungsi. “Apabila Pemerintah Kabupaten Puncak tidak serius menangani persoalan konflik yang terjadi, kami akan memobilisasi massa dalam bentuk aksi,” kata Tinal dalam keterangan pers di Asrama Sinak, Kota Jayapura, Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Solidaritas Pro Demokrasi  & Mahasiswa Puncak Se-Jawa & Bali datangi KPAI dan Komnas HAM RI

Tinal mengatakan warga Distrik Gome, Beoga, dan Sinak yang mengungsi kesulitan mendapatkan makanan, karena mereka tidak bisa lagi berkebun. Kebun para warga yang mengungsi terletak di pinggir atau bagian dalam hutan yang kerap menjadi lokasi bentrokan dan kontak tembak antara aparat keamanan dan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

“Sampai saat ini, apabila ada kontak tembak antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dan TNI/Polri, masyarakat segera mengungsi. [Mereka] meninggalkan rumah untuk mengamankan diri mereka,” kata Tinal.

Tinal merasa resah karena konflik bersenjata di Puncak itu berlarut-larut dan berkepanjangan. Situasi itu membuat para anak usia sekolah di Puncak tidak mendapatkan rasa aman dan tidak bisa mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik.

Baca juga: 8 karyawan PT Palapa Timur Telematika tewas ditembak kelompok bersenjata

“Kami sebagai tulang punggung masyarakat merasa resah. Kami menyuarakan kondisi masyarakat kami yang menderita di Puncak,” kata Tinal.

Ia meminta Pemerintah Kabupaten Puncak segera menangani warga sipil yang mengungsi itu. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Puncak harus tegas dan  memperhatikan kondisi masyarakat yang terdampak konflik bersenjata di sana.

“Kami, pelajar [dan] mahasiswa meminta Pemerintah Kabupaten Puncak dan lembaga terkait segera kembali ke daerah untuk segera hentikan pertikaian. [Mereka harus segera] mengamankan [warga yang terdampak] konflik di Kabupaten Puncak,” katanya.

Baca juga: Senjata dicuri, aparat lakukan penyisiran dan aniaya warga, 1 anak SD meninggal dunia

Tinal mengatakan para warga sipil yang mengungsi dari Wangbe ke Beoga belum mendapat bantuan, hingga mereka kesulitan mencari makan dan minum. “Kami meminta Pemerintah Kabupaten Puncak segera [memberi] bantuan sembako, agar mereka bisa bertahan hidup,” katanya.

Sekretaris Umum KMPP se-Kota Studi Jayapura, Akinus Kinal meminta Pemerintah Kabupaten Puncak segera memulihkan kegiatan belajar mengajar semua jenjang sekolah. Ia meminta Pemerintah Kabupaten Puncak memfasilitasi para siswa kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA yang akan segera mengikuti Ujian Nasional.

“Bulan Maret dan April, proses Ujian Nasional tahun 2022. Sekolah di Puncak harus diaktifkan kembali. [Jika tidak], masa depan Kabupaten Puncak mau di bawa ke mana?” tanyanya. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply