Papua No. 1 News Portal | Jubi
Manokwari, Jubi – Akademisi bidang kelautan Universitas Papua Manokwari Dr.Jemmy Manan,S.Ik, DEA, menyarankan, Pemerintah Provinsi Papua untuk segera membentuk tim terpadu yang bertindak cepat melakukan monitoring terhadap tumpahan limbah nikel di perairan laut Madang (PNG).
Meski beda Negara, tapi Madang (PNG) berada dalam satu pesisir pantai dan bentang laut dengan wilayah laut Jayapura, Papua.
Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Papua ini mengatakan, monitoring secara cepat dan berkala harus dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di perairan laut Jayapura.
Karena zat kimia merkuri dalam limbah nikel sangat berbahaya bagi biota laut termasuk ikan yang dikonsumsi manusia.
“Perlu adanya monitoring dari Pemerintah dengan pihak-pihak terkait dalam tim terpadu, untuk memastikan apakah kadar mercuri dalam limbah nikel di dalam air sudah melebihi standar baku mutu atau tidak,” katanya kepada Jubi, Rabu (20/11/2019).
Jika kemudian hasil monitoring diketahui bahwa pencemaran telah melebihi batas baku mutu, maka harus ada aksi-aksi untuk menjaga, bahkan memberikan pelarangan sementara agar masyarakat tidak terdampak terutama dalam mengkonsumsi ikan dan biota laut lainnya.
“Sampel-sampel yang perlu untuk diteliti antara lain badan air, ikan, udang-udangan (crustasea) bahkan kerang (molusca). Semua jenis biota laut ini dapat dijadikan indikator kandungan mercuri akibat tumpahan limbah nikel di dalam air,” ujarnya.
Karena itu, butuh kerjasama antara pemerintah Indonesia (Papua), PNG bersama pihak perusahaan terkait pemilik limbah dan juga badan peneliti, karena kondisi tersebut harus diuji secara saintis (ilmiah).
“Zat mercuri di dalam limbah nikel, itu sifatnya akumulasi dalam tubuh makhluk hidup dan sulit terurai secara alami di alam akuatik. Bahayanya, butuh waktu puluhan tahun untuk proses pemulihan,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Jayapura menyampaikan bahwa jarak antara lokasi tumpahan limbah nikel di Madang PNG dengan Jayapura Papua sekira 900 kilo meter. Namun, warga Jayapura dan sekitarnya disarankan tetap waspada.
“Tidak ada dampak. Kalau ada dampak kami lihat kualitas dan kuantitas air laut,” ujar Ketty Kailola kepala Dinas LHK kota Jayapura, belum lama ini. (*)
Editor: Edho Sinaga