Tanaman sereal terbesar negeri itu disebut gagal panen usai Afghanistan pulih dari banjir dan kemarau terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Kabul, Jubi – Panen musim panas di Afghanistan akan menjadi yang paling kritis dalam bertahun-tahun, terutama gandum. Tanaman sereal terbesar negeri itu disebut gagal panen usai Afghanistan pulih dari banjir dan kemarau terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Salju dan hujan yang cukup selama sebagian musim dingin mengisi kembali kelembaban tanah dan menaikkan harapan bagi panen gandum yang lebih baik. Gandum merupakan sumber makanan buat keluarga desa sebagai bahan roti.
Baca juga : Dalam kondisi kesulitan, Afghanistan sumbang 1 juta dolar untuk UNRWA
Indonesia menawarkan diri menjadi tuan rumah dialog damai Afghanistan
Namun kemarau tahun lalu membuat ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka, tak hanya itu petani terpaksa menjual ternak dan peralatan mereka untuk bertahan hidup. Halitu menjadi jadi tantangan tahun ganda bagi rakyat Afghanistan .
“Banyak petani tak bisa menanam tanaman tahun lalu akibat cuaca sangat panas,” kata Jabbar, 44 tahun, petani dari Provinsi Balkh di Afghanistan Utara.
Jabbar seblumnya menjual kambing, sapi dan satu unta dengan potongan harga agar ia bisa membeli makanan buat 12 anggota keluarganya.
Baca juga : Serangan udara tewaskan warga sipil Afghanistan
AS bakal tarik 5 ribu tentara dari Afghanistan
Maslah yang dihadapi Jabbar kembali muncul saat banjir baru-baru ini telah merendam sebagian tanahnya yang telah ditanami kacang polong dan gandum.
“Saya memiliki keluarga besar, jadi tanggung-jawab saya lah untuk memberi mereka makan. Jika hujan atau tidak, itu berbahaya buat kami,” kata Jabbar.
Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA),menyebutkan banjir pada Maret ini menambah rumit pemulihan di Afghanistan. Hal itu ditambah hujan lebat yang menewaskan sedikitnya 63 orang dan menghancurkan merusak lebih dari 12 ribu rumah. (*)
Editor : Edi Faisol