“Kebutuhan sudah tercukupi, yang sekarang ini butuh alat kebersihan untuk bersih bersih rumah dan juga karbol, pewangi dan juga pemeriksaan kesehatan untuk ke depannya,”
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Warga Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, yang menjadi korban banjir membutuhkan bantuan alat kebersihan untuk menghilangkan sisa-sisa endapan lumpur yang ada di dalam rumahnya.
“Selain makanan, alat-alat kebersihan kami juga sangat membutuhkannya buat bersihin rumah,” ujar salah satu korban banjir, Suparli.di posko pengungsian Universitas Borobudur, Jaktim, Jumat, (3/1/2020).
Baca juga : Korban banjir Jakarta mulai terserang ISPA
Banjir di wilayah Jabodetabek menelan korban 16 jiwa
Banjir Jakarta hambat perjalanan kereta api
Suparli mengaku rumahnya terletak di RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu terendam banjir hingga menyentuh atap. Kondisi itu membuat ia hanya mampu menyelamatkan sedikit dari barang-barang berharga. Pada Jumat pagi, dia sempat pulang untuk mengecek keadaan rumahnya. Namun karena minimnya peralatan membuat sisa-sisa lumpur sulit untuk dibersihkan.
“Tadi saya pulang pas liat banyak lumpur. Saya baru bersihin yang bisa dibersihin aja, karena sulit, peralatan terbatas,” kata Suparli menambahkan.
Lurah Cipinang Melayu, Agus Sulaeman, mengatakan saat ini warga juga sangat membutuhkan peralatan kebersihan.
“Yang juga patut diwaspadai selain banjir adalah sisa-sisa lumpur,” kata Sulaeman.
Lumpur itu sangat mengganggu sedangkan pasokan ia jamin aman. Apalagi hingga Jumat siang, bantuan dari instansi pemerintah maupun swasta terus berdatangan.
“Kebutuhan sudah tercukupi, yang sekarang ini butuh alat kebersihan untuk bersih bersih rumah dan juga karbol, pewangi dan juga pemeriksaan kesehatan untuk ke depannya,”katanya.
Total pengungsi akibat luapan Kali Sunter yang mengungsi di Universitas Borobudur mencapai 926 jiwa dengan rincian 467 laki-laki dan 259 perempuan. Di antara ratusan itu, 51 orang merupakan lansia, 114 balita dan delapan ibu hamil.
Agus juga mengimbau kepada warga kembali ke rumah masing-masing untuk mengecek kondisi rumah yang ditinggalkan. Ia khawatir ketika rumah ditinggalkan dalam keadaan listrik menyala dapat menyebabkan arus pendek. (*)
Editor : Edi Faisol