Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Memulai usaha untuk berjualan bukan hal yang mudah dan tidak semua laki-laki Papua mau melakukannya karena gengsi. Tapi demi menghidupi keluarga, dia hilangkan gengsi itu, dan memulai berjualan kelapa muda, dan sekarang jualan pinang dan salak.
“Saya awalnya berjualan kelapa di seberang jalan di atas tanah milik Auri tapi trus dilarang, jadi saya diizinkan kaka distrik untuk berjualan di sebelahnya,” kata Yesaya Bakrei, pria 23 tahun asal Bonggo, kepada Jubi di Sentani, Kamis (16/5/2019).
Yesaya mengatakan setalah pindah dari bahu jalan sebelah ia beralih profesi sebagai penjual buah pinang dan buah salak.
“Setelah pindah dari bahu jalan sebelah, saya jualan salak dan pinang. Saya jualan ini sudah ada satu minggu, di bahu jalan sebelah sini,” ucapnya.
Buah pinang dan buah salak yang ia datangkan dan jual di sepanjang Jalan Sentani, Kemiri, dan Depapre ini berasal dari Pasar Youtefa Kota Jayapura.
“Saya jualan pinang dengan salak, kini dengan modal Rp200 ribu baru datang jualan di sini. Kalau bilang pendapatan karena saya baru jualan di sini jadi hari pertama dapat Rp200 ribu,” jelas Yesaya.
Selamanya berjualan kelapa dan pinang di trotoar jalan, dari hasil pendapatan yang ia dapatkan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di dalam rumah dan untuk modal jualan.
“Hasil jualan itu karena sudah keluarga jadi dari pada tinggal-tinggal di rumah ya saya jualan kelapa kelapa muda dan sekarang saya jualan pinang untuk makan keluarga anak istri dan yang sebagian pakai putar modal,” jelasnya.
Untuk memulia satu usaha tentu berat, apalagi dengan sedikit gugup atau takut.
“Kalo mai bilang iya juga tapi kalo saya tidak berusaha keluarga nanti makan apa? Itu yang saya sebagai suami harus bertanggung jawab,” ucap Bakrei.
Hal lain disampaikan Yanto Kogoya. Ia mengatakan anak Papua memang hanya banyak bicara tapi tidak semua dapat melakukannya.
“Kalo bilang berbisnis itu semua mau angkat bicara sana-sini bikin kayak sudah pernah melakukannya padahal omong kosong,” ucapnya.
Ia berharap anak-anak Papua tidak hanya bicara namun dapat melakukan usaha-usaha kecil.
“Sekarang kalo anak Papua sudah bisa usaha dengan ojek, jual pinang, jual koran, dan usaha lain itu baru bisa dibilang Papua maju dalam berbagai segi usaha,” kata Kogoya. (*)
Editor: Dewi Wulandari