Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Hingga kini belum ada penanganan khusus atas kebakaran ratusan hektar kebun sagu di Sentani.
Pemerhati dan pengamat lingkungan, Marshall Suebu, menilai lemahnya regulasi serta belum ada sistem penanganan keamanan dini kebakaran hutan dalam sistem pemerintahan sehingga hal ini diyakini akan berdampak negatif di waktu-waktu mendatang.
Menurutnya, regulasi yang berbasis lokal di masing-masing kampung adat harus lebih tegas dalam menjaga serta memelihara sumberdaya alam (SDA) yang dimiliki masing-masing kampung.
“Hutan sagu ini identik dengan masyarakat adat di Papua, secara khusus masyarakat Sentani. Namun hingga saat ini belum ada regulasi yang kuat terhadap perlindungan hutan,” ujar Marshall saat ditemui di Sentani, Sabtu (28/9/2019).
Dikatakan, dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang hutan sagu yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura juga tidak mengakomodir tentang sistem keamanan dan cegah dini kebakaran hutan sagu seperti saat ini.
Lantas, kata Marshall, belum terlihat niat serius Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk mengambil langkah selanjutnya terhadap hutan sagu yang terbakar.
“Sebagai pemerhati lingkungan dan sagu, saya sangat kecewa adanya kebakaran hutan sagu di sini. Kita semua tahu bahwa untuk mendapatkan hasil dari satu pohon sagu harus menunggu sampai belasa tahun. Ini sama dengan lumbung makan kita hancur dan akan berdampak kepada kehidupan orang banyak,” ungkapnya.
Dirinya berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkrit untuk menyelamatkan hutan sagu yang belum terbakar dan melakukan reboisasi pada lahan hutan sagu yang terbakar.
“Perda sagu harus direvisi dan dievaluasi oleh pihak legislatif yang baru dan masukan poin-poin penting yang belum terakomodir dalam perda sebelumnya, sehingga hutan sagu kita tetap terjaga dari dampak-dampak yang tidak kita inginkan bersama,” harapnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, Kris Kores Tokoro, mengaku pihaknya akan segera melakukan pendataan terhadap luasan hutan sagu yang telah terbakar, sekaligus sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya hutan sagu bagi masyarakat lokal serta masyarakat pada umumnya.
“Sagu ini tanaman jangka panjang yang menjadi andalan masyarakat di Papua, secara khusus kami di Sentani. Tetapi kondisi saat ini membuat kita semua prihatin dengan tidak hati-hatinya masyarakat dalam menjaga hutan sagu,” pungkasnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari