Harga jual gula pasir di Sentani bervariasi

Papua
Ilustrasi gula pasir di Pasar Pharaa, Sentani, Kabupaten Jayapura - Jubi/Yance Wenda
Ilustrasi, gula pasir di Pasar Pharaa Sentani – Jubi/Yance Wenda

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Para pedagang kelontong di pasar Pharaa Sentani menjual gula pasir dengan harga bervariasi di kisaran Rp 14-18ribu per kilogram. Sementara di kios-kios di perkampungan penduduk, per kilogram gula pasir bisa dijual Rp 24-25ribu.

Read More

Etha, seorang pedagang di pasar Pharaa, mengatakan dirinya mengambil gula dari tangan kedua, Rp 550ribu per 50 kilogram. Jika mengambil dari tangan pertama bisa lebih murah, Rp 400-450ribu.

“Saya ambil gula satu karung 50 kilo dengan harga Rp 550ribu. Saya bungkus lagi untuk jual eceran, ada yang 1 kilo ada yang setengah kilo,” katanya, saat ditemui di Sentani, Senin (25/2/2019).

“Saya jual satu kilogram Rp 14ribu. Kalau yang setengah itu kena Rp 7ribu. Kalau pedagang lain jual berapa, saya tidak tahu,” kata Etha.

Etha menambahkan jika dirinya berjualan di pasar untuk mendapatkan untung lebih ia akan menarah harga di atas dari yang ia jual sekarang.

“Ada yang jual satu kilo Rp 15ribu, ada juga yang jual Rp 18ribu, jadi beda-beda. Kalau mereka jual diatas Rp 15ribu, mereka itu untung sekali,” jelasnya.

Etha mengatakan berjualan gula pasir yang penting ada modal dan keuntungan sedikit.

“Jual itu sewajarnya saja, saya jual ini yang penting modal bisa kembali dan juga untuk sedikit yang bisa digunakan,” katanya.

Terpisah, Fenny Wenda, mengatakan harga jual gula di pasar dan di luar pasar memang sangat berbeda jauh.

“Di Toladan ini harga gula itu berbeda di kios-kios ini, ada yang jual satu kilo itu Rp 15ribu, ada lagi yang jual Rp 18-19ribu, yang setengan itu ada yang jual Rp 9ribu dan Rp 10ribu,” katanya.

Fenny menambahkan pedagang kios akan menaikkan harga jika stok gula menipis. Per kilo bisa dijual Rp 24-25ribu.

“Kios ini bikin harga suka-suka mereka, karena tempat juga jauh dari kota, jadi mau taruh harga dimana saja itu kan Dinas Perindag tidak lihatkan, kalau bisa itu dinas turun ke setiap kampung – kampung, seperti Toladan dan yang lain,” kata Wenda. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply